Kawal Pemilu Nasional Mondial Polkam Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Otomotif Rona Telko Properti The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis Liputan Khusus
Strategi Pembangunan - Pelaksanaan Hak Tagih Utang BLBI Bisa Menyehatkan Keuangan Negara

Kemandirian Pangan, Energi, Industri, dan APBN Bebas dari Utang BLBI Kunci Kebangkitan RI

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

"Pemerintah tampaknya lebih condong pada energi kotor ketimbang energi baru dan terbarukan (EBT). Skema tarifnya tidak adil. Tarif untuk energi batu bara diambangkan mengikuti harga pasar, sedangkan tarif EBT dipatok," papar dia.

Padahal, lanjut Susilo, energi polutif kini mulai ditinggalkan oleh sekitar 75 persen konsumen dunia, yakni Uni Eropa, Jepang, Amerika Serikat, Tiongkok, dan India. "Sangat aneh jika kita malah memulai.

Sementara target lima gigawatt (GB) EBT tidak dimulai, malah dimatikan dengan tarif yang tidak masuk akal. Biaya produksi lebih tinggi dari harga." Dia juga mengingatkan hanya soal waktu saja carbon trading diterapkan.

Ada sanksi untuk emisi karbon yang polutif. Efek perubahan iklim tidak bisa disangkal lagi. Es di kutub mencair sehingga permukaan laut naik. "Perubahan iklim akan mempengaruhi sektor pertanian dunia, termasuk Indonesia. Jika batas kenaikan suhu laut sebesar dua derajat tidak dijaga maka suhu dunia menjadi bahaya untuk populasi dunia," tukas Susilo.

Dorong EBT
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Vitto Budi
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini

Komentar

Komentar
()

Top