
Kemandirian Pangan, Energi, Industri, dan APBN Bebas dari Utang BLBI Kunci Kebangkitan RI

Hal senada dikemukakan peneliti Auriga, Muhamad Iqbal Damanik. Dia pun meminta pemerintah lebih serius mendorong penggunaan EBT. Selain demi mendorong penggunaan energi bersih atau ramah lingkungan juga demi menyehatkan keuangan PLN.
Dia juga mempertanyakan alasan pemerintah membandingkan harga energi surya Indonesia dengan Timur Tengah, padahal kondisinya sangat jauh berbeda.
Misalnya, radiasi atau intensitas panas matahari di Timteng tiga kali lipat lebih tinggi dibandingkan Indonesia. Selain itu, lahan untuk ladang panel surya gratis disediakan pemerintah, bunga kredit relatif rendah dijamin negara (sovereign rate).
"Ini cara berpikir yang sangat aneh. Jadi hanya berpikir proyek-proyek jangka pendek, tidak selesaikan persoalan jangka panjang," kata dia. Iqbal pun menilai sangat ironis, Indonesia masih mengimpor minyak, padahal diberkahi sinar matahari yang melimpah untuk pengembangan EBT.
Selain itu, saat ini Indonesia juga menggunakan batu bara mulut tambang yang mengandung karbon tinggi, sekitar 3.000 kilokalori (kkal)/kilogram. Padahal, lanjut dia, energi batu bara sangat polutif tapi diteruskan, dan itu tidak murah.
Halaman Selanjutnya....
Redaktur : Vitto Budi
Komentar
()Muat lainnya