Nasional Luar Negeri Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona Genvoice Kupas Splash Wisata Perspektif Edisi Weekend Foto Video Infografis
Kerja Sama Multilateral I Nilai Ekspor Indonesia Berpotensi Naik Tinggi

Keanggotaan BRICS Naikkan Daya Tawar RI di Depan OECD

Foto : ISTIMEWA

Wijayanto Samirin Ekonom Universtias Paramadina - Indonesia akan semakin terkoneksi dengan komunitas ekonomi yang dinamis dan mewakili lebih dari 50 persen PDB dunia berdasarkan purchasing power parity.

A   A   A   Pengaturan Font

Indonesia akan lebih tangguh menghadapi gejolak ekonomi global dan membantu mencapai target pertumbuhan ekonomi yang telah ditetapkan.

JAKARTA - Keanggotaan Indonesia di BRICS dapat menaikkan daya tawar Indonesia di depan negara-negara anggota Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi atau Organisation for Economic Co- operation and Development (OECD).

"Indonesia akan semakin terkoneksi dengan komunitas ekonomi yang dinamis dan mewakili lebih dari 50 persen PDB dunia berdasarkan purchasing power parity (PPP)," kata ekonom Universtias Paramadina, Wijayanto Samirin, saat dihubungi di Jakarta, Jumat (1/11). Seperti dikutip dari Antara, Indonesia telah melayangkan surat expression of interest yang menandakan langkah resmi untuk mendaftar keanggotaan BRICS pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) BRICS Plus 23-24 Oktober 2024 di Kazan, Russia.

BRICS merupakan singkatan dari Brasil, Russia, India, China, dan South Africa. Menurut Wijayanto, BRICS berpotensi mendongkrak nilai ekspor beserta investasi Indonesia. Hal ini karena keanggotaan BRICS dapat membuka peluang pasar ekspor yang baru, khususnya ke negaranegara seperti Brasil dan Afrika Selatan.

Keanggotaan BRICS dapat membantu mendiversifikasi pasar ekspor Indonesia sehingga ketergantungan pada pasar tradisional mampu berkurang. Langkah ini memungkinkan Indonesia lebih tangguh menghadapi gejolak ekonomi global dan menjadi hal positif untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi 8 persen.

"Tetapi, untuk mencapai 8 persen rasanya sangat berat. Dana Moneter Internasional (IMF) saja mem-forecast pertumbuhan ekonomi kita hanya di level sekitar 5 persen di 2019, utang yang berlebih menjadi salah satu alasan utama," jelasnya.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top