KCNA: Korea Utara Tak Akan Tinggalkan Senjata Nuklir
Inspeksi Senjata l Pemimpin Korut, Kim Jong-un (kiri) saat melakukan inspeksi terhadap fasilitas persenjataan nuklir di sebuah lokasi rahasia pada Maret tahun lalu. Pada Minggu (29/9), kantor berita KCNA melaporkan bahwa Korut tak akan menyerahkan senjata nuklirnya.
Foto: AFP/KCNA VIA KNSPYONGYANG - Media pemerintah pada Minggu (29/9) mengatakan bahwa Korea Utara (Korut) tidak akan pernah menyerahkan senjata nuklirnya. Hal itu dilaporkan setelah Amerika Serikat (AS) dan negara anggota G7 sekutunya menyerukan denuklirisasi penuh.
Dalam komentarnya, kantor beritaKCNAmengkritik pernyataan yang dirilis oleh para menteri luar negeri G7 pada 24 September lalu, yang mengutuk Korut karena memperluas program misil balistik dan nuklir yang melanggar hukum.
G7 menuntut Korut meninggalkan senjata nuklir, program nuklir yang ada, dan senjata pemusnah massal lainnya serta program misil balistik dengan cara yang menyeluruh, dapat diverifikasi, dan tidak dapat diubah lagi, sebagai bagian dari denuklirisasi menyeluruh di Semenanjung Korea.
"Ini hanyalah bualan belaka yang mendesak Korut untuk membongkar jaminan mutlaknya bagi keamanan nasional dan melepaskan haknya untuk hidup," komentarKCNAseperti dilansirNewsweek, Senin (30/9).
Komentar tersebut menekankan bahwa Korut tidak akan pernah menyerahkan senjata nuklirnya dengan mengklaim bahwa setiap upaya menggugurkan senjata nuklir mereka tidak akan pernah berhasil. Komentar tersebut lalu memperingatkan bahwa G7 harus membayar mahal karena melanggar hukum negara tersebut terkait status nuklirnya.
Pada September 2022, Korut memberlakukan undang-undang nuklir yang menyebut statusnya sebagai negara nuklir tidak dapat diubah. Setahun kemudian, pemimpin Kim Jong-un menyatakan bahwa kebijakan Korut untuk membangun kekuatan nuklir telah ditetapkan dalam konstitusi, menjadikannya permanen sebagai hukum dasar negara tersebut.
Selama masa jabatannya dari tahun 2017 hingga 2021, mantan Presiden AS, Donald Trump, mendorong diplomasi nuklir dengan mengadakan tiga pembicaraan langsung dengan Kim Jong-un, tetapi pemimpin Korut itu tetap menolak untuk menyerahkan nuklirnya dan terus memperluas persenjataan.
Menurut perkiraan Stockholm International Peace Research Institute, pada Januari lalu Korut telah memiliki sekitar 50 hulu ledak nuklir, yang dapat diluncurkan oleh misil balistik dan jelajah, serta memiliki bahan fisil yang cukup untuk menghasilkan total hingga 90 hulu ledak nuklir.
Awal bulan ini, Korut membeberkan fasilitas rahasia untuk memperkaya uranium saat Kim Jong-un menyerukan untuk memperkuat pondasi untuk memproduksi bahan nuklir tingkat senjata. Dan pada Kamis (26/9) lalu, Badan Intelijen Korea Selatan mengatakan bahwa Korut kemungkinan telah memperkaya uranium yang cukup untuk membangun senjata nuklir dalam jumlah dua digit .
Kecam Zelenskyy
Sementara itu adik perempuan dari pemimpin Korut mengatakan bahwa bantuan militer AS untuk Ukraina adalah sebuah kesalahan yang luar biasa. Kim Yo-jong, saudara perempuan pemimpin Kim Jong-un pun mengecam Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, yang menuduh Korut telah menyediakan senjata untuk Russia.
Pada Selasa (24/9) lalu, Zelenskyy mengatakan kepada Dewan Keamanan PBB bahwa Russia tidak memiliki alasan yang sah untuk menjadikan Iran dan Korut sebagai kaki tangande factodalam perang kriminalnya. Baik Korut maupun Iran secara luas dituduh oleh intelijen Barat telah menyediakan senjata kepada Russia. Pyongyang membantah tuduhan tersebut.
Menanggapi pernyataan Zelenskyy, Kim Yo-jong mengatakan bahwa ia mengeluarkan peringatan keras terhadap provokasi politik yang sembrono itu. "Tidak masuk akal untuk menuduh negara kami sebagai kaki tangan perang di Ukraina. Semua tuduhan itu merupakan provokasi politik sembrono yang tidak dapat dibenarkan oleh apapun," ujar Kim Yo Jong, seperti yang dikutip olehKCNApada Minggu.
Secara terpisah, Kim Yo-jong pun menggambarkan bantuan militer AS senilai hampir 8 miliar dollar AS untuk Ukraina sebagai kesalahan yang luar biasa, dan mengatakan bahwa AS telah bermain api melawan negara adidaya nuklir Russia.
"Saya mengutuk keras eskalasi yang disengaja oleh AS terhadap situasi di Ukraina dengan memberikan Ukraina sejumlah besar persenjataan dan peralatan untuk memperpanjang dan meningkatkan konflik serta menjerumuskan seluruh wilayah Eropa ke dalam perang nuklir," tegas Kim Yo-jong. KCNA/Newsweek/RFA/I-1
Berita Trending
- 1 Batas Baru Bunga Harian Pinjaman Online Mulai Diberlakukan, Catat Perubahannya
- 2 Kalah di Beberapa Daerah pada Pilkada 2024, Golkar Akan Evaluasi Kinerja Partai
- 3 Catat! Ini Daftar Lengkap Harga BBM Pertamina yang Resmi Naik per 1 Januari 2025
- 4 Ini Pangkostrad yang Baru
- 5 Banjir Impor Turunkan Utilisasi Industri Hingga 10 Persen