Jerman Gabung dengan Komando PBB di Korsel
Gabung UNC l Menteri Pertahanan Boris Pistorius (kanan) menyerahkan bendera nasional Jerman kepada UNC di Kamp Humphreys, markas militer Amerika Serikat di Pyeongtaek, Korsel, pada Jumat (2/8). Saat ini Jerman jadi negara ke-18 yang gabung dalam UNC di Korsel.
Foto: AFP/Anthony WALLACEPYEONGTAEK - Jerman pada Jumat (2/8) bergabung dengan Komando Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNC) yang dipimpin Amerika Serikat (AS) di Korea Selatan (Korsel). Langkah Jerman itu menjadinya negara ke-18 dalam kelompok yang membantu mengawasi dan menjaga ketat perbatasan Korsel dengan Korea Utara (Korut) dan telah berkomitmen untuk membela Korsel jika terjadi perang.
Langkah ini merupakan bukti keyakinan kuat Berlin bahwa keamanan Eropa terkait erat dengan keamanan di kawasan Indo-Pasifik, kata Menteri Pertahanan Boris Pistorius dalam sebuah upacara di markas besar militer AS di Pyeongtaek di selatan Seoul.
"Saya yakin bahwa terutama di saat-saat seperti ini, ketika dunia sedang dilanda krisis dan perang, kita perlu menunjukkan persatuan, kita perlu berdiri teguh melawan mereka yang ingin merusak perdamaian dan stabilitas, melawan mereka yang menyerang tatanan bersama kita," ucap Menhan Pistorius.
Ini adalah langkah terbaru AS dan mitra-mitranya untuk memperluas aliansi dan kemitraan, termasuk yang menjangkau seluruh dunia, dan mencoba mengubah komando yang telah berusia 74 tahun itu menjadi sumber keamanan regional yang lebih luas.
Anggota UNC saat ini diantaranya Australia, Inggris, Turki, dan AS, mengirimkan pasukan atau menyumbangkan dukungan medis selama Perang Korea tahun 1950-53. Didirikan pada tahun 1950, UNC diberi mandat untuk memulihkan perdamaian dan menegakkan gencatan senjata sekaligus berfungsi sebagai saluran komunikasi dengan Korea Utara. Kelompok ini dipimpin oleh komandan militer AS yang ditempatkan di Korsel dan tidak berafiliasi dengan PBB.
"Penambahan Jerman mendiversifikasi perspektif dan sumber daya yang tersedia bagi Komando PBB dan meningkatkan keahlian dan kemampuan kolektif kita," kata Jenderal Angkatan Darat AS Paul LaCamera, komandan UNC dan Pasukan AS di Korea.
"Mengingat hubungan diplomatik dan upaya Jerman di Indo-Pasifik, ada banyak peluang yang bisa kita jajaki," imbuh dia.
Korsel dan AS memandang UNC sebagai salah satu lembaga yang lebih penting saat ini dibandingkan beberapa tahun yang lalu ketika negara-negara otoriter di seluruh dunia bersaing dengan negara-negara demokrasi, kata Ramon Pacheco Pardo dari King's College di London.
"Dari perspektif ini, masuk akal juga untuk memasukkan Jerman, yang bisa dibilang merupakan negara Eropa paling relevan dan kuat saat ini," kata pakar hubungan internasional tersebut.
Jerman ingin memainkan peran yang lebih besar dalam keamanan di Asia dan kini melihat Korsel sebagai salah satu mitra regional utamanya, imbuh dia.
Ketegangan Wilayah
Tiongkok dan Uni Soviet mendukung Korut dalam pertempuran melawan negara-negara anggota PBB yang dipimpin oleh AS selama Perang Korea. Tiongkok dan Korut adalah pihak dalam gencatan senjata dengan PBB.
Tahun lalu Korut menyebut UNC sebagai alat konfrontasi AS yang tidak ada hubungannya dengan PBB dan merupakan organisasi perang ilegal yang harus dibubarkan.
Tiongkok juga menyatakan keprihatinannya terhadap meningkatnya hubungan antara anggota NATO dan negara-negara Asia seperti Jepang, Filipina, dan Korsel. Bulan lalu Kementerian Luar Negeri Tiongkok mendesak NATO untuk tidak menciptakan kekacauan di Asia-Pasifik setelah menciptakan kekacauan di Eropa.
"Tidak ada alasan untuk merasa terprovokasi dengan keputusan ini," kata Menhan Pistorius kepada wartawan ketika ditanya tentang kekhawatiran bahwa peningkatan hubungan militer antar negara-negara Eropa di kawasan dapat memperburuk ketegangan.
"Kami hanya berdiri dengan komitmen kami untuk tatanan internasional berbasis aturan. Keanggotaan Jerman di PBB membawa tanggung jawab bersama untuk melindungi perbatasan Korsel dan Korut, serta meningkatkan komitmen Jerman terhadap keamanan dan stabilitas di kawasan itu ke tingkat yang lebih permanen, tegas Pistorius. ST/I-1
Berita Trending
- 1 Garuda Indonesia turunkan harga tiket Jayapura-Jakarta
- 2 Pemeintah Optimistis Jumlah Wisatawan Tahun Ini Melebihi 11,7 Juta Kunjungan
- 3 Dinilai Bisa Memacu Pertumbuhan Ekonomi, Pemerintah Harus Percepat Penambahan Kapasitas Pembangkit EBT
- 4 Permasalahan Pinjol Tak Kunjung Tuntas, Wakil Rakyat Ini Soroti Keseriusan Pemerintah
- 5 Meluas, KPK Geledah Kantor OJK terkait Penyidikan Dugaan Korupsi CSR BI
Berita Terkini
- Dorong Sistem Pembayaran Inklusif, BI Hadirkan Tiga Layanan Baru BI-Fast mulai 21 Desember 2024
- Pemerintah Kukuhkan JK Sebagai Ketum, Sekjen PMI Versi Agung Laksono Tolak Surat Jawaban Kemenkum
- Hati Hati, Ada Puluhan Titik Rawan Bencana dan Kecelakaan di Jateng
- Malam Tahun Baru, Ada Pemutaran Film di Museum Bahari
- Kaum Ibu Punya Peran Penting Tangani Stunting