Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2024 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Senin, 06 Feb 2023, 09:53 WIB

Insiden Balon Mata-mata Tiongkok Picu Perpecahan Politik di AS

Puing-puing balon mata-mata yang diduga milik Tiongkok tampak berhamburan jatuh ke laut setelah ditembak jatuh di lepas pantai di Pantai Surfside, Carolina Selatan, AS pada 4 Februari 2023.

Foto: VOA/Reuters

Perpecahan politik partisan dengan cepat terjadi pada Minggu (5/2) terkait langkah Amerika menembak jatuh balon mata-mata Tiongkok, di mana pemerintah Biden mempertahankan langkah yang dilakukan di lepas pantai Samudera Atlantik, sementara Partai Republik menilai balon itu sedianya ditembak jatuh lebih dari seminggu lalu sebelum terbang melintasi instalasi militer utama di seluruh Amerika.

Menteri Transportasi Pete Buttigieg dalam program "State of the Union" di stasiun televisi CNN yang dikutip VOA, mengatakan, pengerahan balon oleh Tiongkok itu merupakan "intrusi yang tidak dapat diterima terhadap kedaulatan Amerika." Namun ditambahkannya, militer Amerika - atas perintah Presiden Joe Biden Rabu lalu (1/2) - telah menembak jatuh balon itu pada hari Sabtu (4/2) tanpa menimbulkan dampak pada properti atau orang, setelah mengkaji risiko yang ditimbulkan" jika melakukannya di daratan Amerika. "Ini dilakukan dengan cara-cara yang sangat efektif," ujarnya.

Puing-puing serangan rudal pada balon, yang melayang di ketinggian lebih dari 18.000 meter itu mendarat sekitar 10 kilometer dari garis pantai negara bagian South Carolina di selatan Amerika. Buttigieg mengatakan puing-puing itu membentang lebih dari 11 kilometer.

Kapal Angkatan Laut Amerika mengumpulkan puing-puing itu dari laut, dan kemudian mengirimnya ke laboratorium Biro Penyidik Federal FBI di luar Washington DC untuk dilakukan analisa lebih lanjut.

Republik Kecam Pemerintah Lambat

Anggota-anggota parlemen dari Partai Republik mengecam Biden karena tidak menembak jatuh balon itu ketika pertama kali terlihat pada 28 Januari lalu di Kepulauan Aleutian, di barat laut negara bagian Alaska, dibandingkan membiarkannya melayang dari barat ke timur selama satu minggu di seluruh daratan Amerika, termasuk melintasi banyak pangkalan militer.

Tiongkok mengatakan balon itu mengumpulkan data meteorologi dan didorong oleh arus angin hingga melintas ke Amerika. Namun Amerika menepis itu sebagai kedok untuk misi pengumpulan informasi intelijen. Tiongkok mengatakan ke mana tujuan balon tersebut.

Para pejabat militer Amerika mengatakan informasi intelijen apapun yang mungkin dikirim balon itu kembali ke Tiongkok tidak penting dan tidak berbeda dengan yang dikumpulkan Tiongkok dan Amerika lewat satelit mata-mata masing-masing, yang diarahkan ke wilayah masing-masing.

Senator Partai Republik dari negara bagian Arkansas, Tom Cotton mengecam Biden dalam program "Fox News Sunday" di stasiun televisi Fox; dengan mengatakan misi balon itu adalah "pengingat tentang kemampuan Tiongkok" dan bahwa hal itu "merupakan penghinaan yang memalukan" bagi Amerika.

Sementara Senator Marco Rubio dari negara bagian Florida mengatakan pada CNN, "ada pesan di balik ini" dari Tiongkok. "Ini adalah kegagalan yang tidak saya mengerti. Mengapa membiarkannya terbang melintasi negara di atas pangkalan-pangkalan militer? Jika kita menerbangkan sesuatu di atas Tiongkok, mereka akan menembak jatuh."

Tiongkok: "Reaksi Berlebihan"

Kementerian Luar Negeri Tiongkok dalam sebuah pernyataan mengatakan penembakan balon itu oleh Amerika adalah "reaksi berlebihan yang jelas dan pelanggaran serius terhadap praktik standar internasional," dan mengulangi klaimnya bahwa balon itu digunakan untuk penelitian meteorologi.

Balon itu pertama kali memasuki zona identifikasi udara Amerika lebih dari satu minggu lalu, dan kemudian menyebrang ke wilayah udara Kanada.

Departemen Pertahanan Amerika mengatakan balon itu masuk kembali ke wilayah udara Amerika pada 31 Januari. Balon itu tampak terbang melintasi Montana pada hari Kamis (2/2) di mana rudal nuklir Amerika berada. Amerika mengatakan telah mengambil langkah-langkah teknologi untuk mencegah balon itu mengumpulkan informasi apapun saat melintas.

Penemuan balon mata-mata itu datang pada saat yang sensitif bagi Tiongko

yang dijadwalkan tiba dan bertemu dengan Presiden Xi Jinping. Blinken membatalkan rencananya tersebut.

Babak Baru Ketegangan AS-Tiongkok

Mantan analis Tiongkok di CIA, Dennis Wilder mengatakan pada VOA bahwa insiden itu terjadi di saat sensitif bagi pemimpin Tiongkok. "Presiden Xi Jinping sedang melakukan apa yang saya sebut sebagai serangan pesona yang dimulai setelah dicabutnya kebijakan nol COVID, mengakhiri pembatasan lockdown COVID-19," ujar Wilder seraya menambahkan "ia ingin memberitahu dunia bahwa Tiongkokterbuka untuk bisnis. Ia sangat ingin melihat kembalinya para investor Amerika."

Wilder mengatakan menurutnya insiden itu akan memicu babak baru ketegangan hubungan Amerika-Tiongkok. "Jika Amerika dapat memperoleh informasi dari lautan yang menunjukkan bahwa ini memang misi mata-mata dan bukan misi meteorologi, dan menunjukkan bukti itu kepada Tiongkok, maka kita akan mempermalukan Tiongkok," ujarnya. "Kita mungkin akan sangat mempermalukan Tentara Pembebasan Rakyat. Jadi saya pikir ini bakal sulit ditasi, terutama jika Amerika mengungkapkan informasi ini secara terbuka. Jadi bakal ada periode yang menegangkan kelak."

Balon lain milik Tiongkok juga terlihat terbang di atas Amerika Latin.

Redaktur: Lili Lestari

Penulis: -

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.