Industri Sawit Optimistis Hadapi Tahun Depan
Foto: istimewaBADUNG - Pelaku industri sawit optimistis menghadapi peluang bisnis tahun depan. Di tengah meningkatnya tantangan geopolitik dan ekonomi global, mereka berharap pemerintah dapat mengambil berbagai langkah bijak untuk menjaga daya saing industri sawit Indonesia.
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), Eddy Martono mengungkapkan industri sawit menghadpai sejumlah tantangan seperti pelemahan ekonomi dan tingginya inflasi di banyak negara serta peningkatan ketegangan geopolitik di Eropa dan Timur Tengah. Karenanya, industri sawit Indonesia perlu mengambil langkah untuk tetap bertahan dalam ketidakpastian pasar.
"Kami juga melihat adanya volatilitas harga minyak kelapa sawit yang dikombinasikan dengan produktivitas yang stagnan. Faktor-faktor tersebut mengindikasikan adanya ketidakpastian dalam perdagangan global sehingga ketahanan bisnis perlu ditingkatkan," ujarnya saat membuka 19th Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) and 2024 Price Outlook di Nusa Dua, Badung, Bali, Kamis (2/11).
Beberapa langkah yang dapat diambil untuk meningkatkan ketahanan industri sawit adalah melalui program replanting dan penggunaan energi terbaharukan (EBT) melalui bioavtur.
"Kami yakin dengan kebijakan pemerintah yang tepat, industri kelapa sawit dapat tumbuh dengan mantap di tengah dinamika pasar dan perekonomian," kata Eddy.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan industri kelapa sawit menjadi bagian integral dari ekonomi global sekaligus berperan penting dalam perekonomian nasional. Industri tetsebut bahkan telah berhasil berkontribusi dalam penciptaan lapangan kerja produktif dan kesempatan kerja, ketahanan pangan, ketahanan energi, serta penyediaan barang-barang konsumsi.
Menurut Airlangga, hal tersebut turut berdampak pada penurunan tingkat kemiskinan di kalangan petani pedesaan termasuk bagi petani kecil. Lebih jauh lagi, dengan perkiraan populasi dunia akan mencapai 9,8 miliar jiwa pada 2050, dunia akan memerlukan tambahan 200 juta ton produksi minyak nabati pada saat tersebut.
- Baca Juga: Rupiah Rawan Melemah Lanjutan
- Baca Juga: Menko Zulhas dan Bulog Jamin Stok Beras Aman hingga Akhir Tahun
"Minyak sawit merupakan cara yang berkelanjutan dan efisien untuk memenuhi permintaan minyak nabati yang terus meningkat," ungkapnya dalam sambutannya.
Redaktur: Muchamad Ismail
Penulis: Erik, Fredrikus Wolgabrink Sabini
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Cagub Khofifah Pamerkan Capaian Pemprov Jatim di Era Kepemimpinannya
- 2 Ini Klasemen Liga Inggris: Nottingham Forest Tembus Tiga Besar
- 3 Cagub Luluk Soroti Tingginya Pengangguran dari Lulusan SMK di Jatim
- 4 Cagub Risma Janji Beri Subsidi PNBP bagi Nelayan dalam Debat Pilgub Jatim
- 5 Cawagub Ilham Habibie Yakin dengan Kekuatan Jaringannya di Pilgub Jabar 2024
Berita Terkini
- Jelang Natal dan Tahun Baru, Harga Daging Ayam Naik Jadi Rp39.460 per Kg
- Ada Alasan Mengapa Gen Z Kerap Ngeyel dan Ogah Jadi Manager di Kantor
- Kemkomdigi Kembali Blokir Akun Influencer Terhubung Judi Online
- Di Menit Terakhir, Donald Trump Dapat Dukungan Bintang Podcast Joe Rogan
- Menteri Arifah Apresiasi Naiknya Keterwakilan Perempuan di Parlemen