Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Ketegangan AS - Tiongkok

Indonesia Jangan Berdiri di Atas Dua Perahu

Foto : PHILIPPINE COASTGUARD/AFP

APARAT FILIPINA PANTAU KAPAL TIONGKOK | Personel penjaga pantai Filipina berada di atas kapal mereka, BRP Cabra memantau kapal Tiongkok yang berlabuh di Sabina Shoal, Laut Cina Selatan yang diklaim oleh Manila, terletak sekitar 135 kilometer (73 mil laut) di sebelah barat pulau Palawan, Filipina.

A   A   A   Pengaturan Font

Lihat saja hubungan Tiongkok dan Filipina. Begitu Ferdinand Marcos Jr terpilih menjadi Presiden Filipina, Tiongkok langsung merangkulnya. Tiongkok berharap hubungan dengan Filipina di bawah pimpinan Marcos Jr bisa menjadi "era emas baru". Selama ini pun, Tiongkok sudah bedagang dan berinvestasi secara besar-besaran di Filipina. Namun hubungan kedua negara menjadi memanas setelah sejumlah kapal-kapal Tiongkok berkerumun dalam zona ekonomi eksklusif Filipina di Laut Tiongkok Selatan.

Harus Berbenah

Begitu juga dengan Indonesia, selama ini hubungan perdagangan dengan AS dan Tiongkok baik-baik saja. Tetapi nanti jika ada perselisihan menyangkut kedaulatan wilayah, bisa dipastikan Indonesia tidak siap meski sudah memiliki pesawat F16 karena perlu waktu untuk bisa memaksimalkan fasilitas yang ada di pesawat tersebut. Hubungan ekonomi yang terjalin baik antara Indonesia dan negara sahabat selama ini, dalam sekejap bisa putus jika terjadi konflik wilayah.

Indonesia tidak bisa bersikap imbang antara Tiongkok dan AS, bisa ke kiri dan bisa ke kanan tergantung siapa yang mau membantu. "Indonesia tidak bisa berdiri di ats dua perahu, suatu saat pasti akan tercebur ke laut jika ada ombak. Kita harus berada di batu karang yang kita bangun sendiri. Semakin tinggi batu karang yang kita bangun, kita akan semakin kuat," kata Aditya.

Melihat situasi politik global saat ini, Indonesia tentunya tidak berharap berpihak ke salah satu pihak. "Tidak sesederhana itu, intinya Indonesia harus berbenah. Kita tidak bisa bertahan sebagai negara berdaulat kalau kita tidak bisa menjadi negara yang kuat secara ekonomi. Kita tidak pernah berbenah diri karena kepentingan politik partai mendahului kepentingan politik nasional," katanya.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Vitto Budi
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini, Selocahyo Basoeki Utomo S, Eko S

Komentar

Komentar
()

Top