![](https://koran-jakarta.com/img/site-logo-white.png)
India Siap Jadi Produsen Hidrogen Hijau dengan Harga Terendah di Dunia
Ilustrasi
Foto: IstimewaIndia telah memperpanjang pembebasan biaya transmisi tenaga listrik terbarukan untuk pabrik-pabrik manufaktur hidrogen yang beroperasi sebelum Januari 2031. Ini sebagai upaya India yang bertujuan untuk menjadi produsen bahan bakar termurah di dunia, menurut seorang pejabat pemerintah.
Membangun proyek hidrogen dan amonia berskala besar membutuhkan waktu tiga hingga empat tahun, dan kecil kemungkinannya banyak proyek yang akan beroperasi sebelum Juni 2025, kata pejabat pemerintah itu. Adapun tujuan India yakni untuk memproduksi hidrogen hijau dengan harga terendah di dunia, yakni 1-1,50 dolar AS per kilogram, turun dari harga 3-5 dolar AS per kilogram saat ini.
Reliance Industries (RELI.NS) dan Adani Enterprises (ADEL.NS) telah mengumumkan target biaya sebesar 1 dolar AS per kg pada tahun 2030. Sementara, Larsen & Toubro (LART.NS), Indian Oil (IOC.NS), NTPC (NTPC.NS), JSW Energy (JSWE.NS), ReNew Power (RENE.BO) dan Acme Solar (ACMO.NS) adalah beberapa perusahaan India terkemuka lainnya yang telah mengumumkan rencana untuk membuat hidrogen ramah lingkungan.
Energi terbarukan, termasuk transmisi, mencapai 65-70 persen dari biaya produksi hidrogen hijau, menurut perkiraan industri.
Biaya transmisi antar negara berkisar antara 1-2 rupee per unit daya yang ditransmisikan. Setiap penurunan satu rupee dalam biaya energi terbarukan mengurangi biaya hidrogen hijau sebesar 60 rupee India (0,73 dolar AS), kata pejabat tersebut.
Kementerian Energi Baru dan Terbarukan belum memberikan tanggapan terkait hal tersebut.
Misi hidrogen India diperkirakan membutuhkan investasi senilai 8 triliun rupee India (98 miliar dolar AS) pada tahun 2030, termasuk 125 gigawatt kapasitas pembangkit non-fosil dan jalur transmisi baru.
India juga berencana untuk memberikan insentif kepada para produsen hidrogen hijau senilai setidaknya 10 persen dari biaya mereka di bawah skema senilai 2 miliar dolar yang akan dimulai sebelum akhir Juni.
Menteri Energi dan Energi Terbarukan R.K. Singh belum lama ini mengatakan, India menentang pelonggaran definisi hidrogen hijau untuk memasukkan bahan bakar yang dihasilkan dari energi rendah karbon, seperti yang diusulkan oleh beberapa negara maju dalam pertemuan G20.
Seperti diketahui, hidrogen hijau adalah hidrogen yang diproduksi menggunakan sumber energi bersih, seperti energi angin, energi matahari, atau energi air. Ini berbeda dari produksi hidrogen konvensional, yang biasanya menggunakan bahan bakar fosil seperti gas alam atau batubara.
Produksi hidrogen hijau menggunakan sumber energi yang bersih dapat mengurangi emisi gas rumah kaca dan membantu mengurangi dampak perubahan iklim. Hidrogen hijau juga dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif yang bersih untuk transportasi dan industri, karena hanya menghasilkan uap air saat digunakan dan tidak menghasilkan emisi lainnya.
Redaktur: Fiter Bagus
Penulis: Rivaldi Dani Rahmadi
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Kepala Otorita IKN Pastikan Anggaran untuk IKN Tidak Dipangkas, tapi Akan Lapor Menkeu
- 2 Masyarakat Bisa Sedikit Lega, Wamentan Jamin Stok daging untuk Ramadan dan Lebaran aman
- 3 SPMB Harus Lebih Fleksibel daripada PPDB
- 4 Polemik Pagar Laut, DPR akan Panggil KKP
- 5 Peningkatan PDB Per Kapita Hanya Dinikmati Sebagian Kecil Kelompok Ekonomi