![In Memoriam Mbah Moen](https://koran-jakarta.com/images/article/php3fxdg__resized.jpg)
"In Memoriam" Mbah Moen
![In Memoriam Mbah Moen](https://koran-jakarta.com/images/article/php3fxdg__resized.jpg)
oleh syaefudin simon
Kong Hu Cu menyatakan, yang hidup akan bersifat luwes seperti air mengalir di bebatuan. Ia berkelok, kadang jatuh, lalu naik, terus mengelilingi yang mengadang. Setelah itu, ia akan mengalir sesuai kodratnya. Air perkasa karena fleksibel.
Itulah perumpamaan hukum Islam di mata para ulama ushul fiqih. Luwes gandes seperti air, tapi kuat dan bisa menjebol karang setangguh apa pun, semata-mata mewujudkan rahmatan lilalamiin.
Keluwesan seperti air itulah pemikiran KH Maemun Zubair (Mbah Moen). Dalam sebuah ceramah, dia menyatakan Islam itu ya Pancasila. Pancasila ya NKRI. NKRI ya Islam. Ketiganya tidak bisa dipisahkan.
Pinjam istilah KH AR Fachrudin, Ketum PP Muhammadiyah (1968-1990), ulama sudah bersepakat bahwa Indonesia berdasarkan ketuhanan. Semua agama diberi ruang kebebasan menjalankan ibadahnya. Semua diikat dalam kesepakatan mendirikan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika adalah refleksi Piagam Madinah untuk membangun suatu negara dari berbagai macam agama, suku, dan adat-istiadat.
Halaman Selanjutnya....
Komentar
()Muat lainnya