Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2025 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Selasa, 13 Nov 2018, 01:00 WIB

Haruskah Wisata Ibu Kota Jalan di Tempat?

Kota Tua I Wisatawan mancanegara menaiki sepeda onthel saat berekreasi di kawasan Kota Tua, Jakarta, Senin (2/10). Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) DKI Jakarta tengah mempersiapkan kawasan Kota Tua untuk diusulkan sebagai warisan dunia (world heritage).

Foto: ANTARA/ Rivan Awawal Lingga

Kawasan Kota Tua dan Kepulauan Seribu telah ditetapkan sebagai salah satu kawasan strategis pariwisata nasional sejak lama. Namun, pengembangan sektor pariwisata di Ibu Kota seperti jalan di tempat. Padahal, sektor pariwisata ini digadang-gadang menjadi sumber pendapatan baru bagi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Dari catatan Bank Indonesia, kontribusi pariwisata dalam perolehan devisa merupakan salah satu yang tertinggi setelah CPO dan batu bara. Nilai perolehan devisa dari sektor pariwisata mencapai USD 12,6 miliar. Dibandingkan dengan pencapaian global maupun negara sekawasan, kontribusi sektor pariwisata masih terbatas, dan berpotensi untuk ditingkatkan. Indonesia berada diurutan kedua terbawah setelah Vietnam.

Kunjungan wisatawan ke Jakarta pun tidak sebesar ke daerah lainnya. Dari data yang dihimpun, wisatawan yang berkunjung ke Kepulauan Seribu cukup puas dengan berbagai hal yang ditawarkan. Seperti keindahan panorama, keterjangkauan lokasi menempati posisi pertama penilaian positif, hingga biaya. Namun, dari sisi fasilitas dan akomodasi merupakan hal yang paling banyak dikeluhkan wisatawan.

Sedangkan di Kota Tua, wisatawan sering mengeluhkan soal kebersihan karena banyaknya pedagang kaki lima sehingga terlihat kumuh dan berantakan. Namun sisi lain, fasilitas wisata Kota Tua dinilai baik oleh wisatawan, antara lain ketersediaan transportasi dan banyaknya restoran yang tersedia.

Sebagai Ibu Kota negara, DKI Jakarta memiliki keunggulan tersendiri dalam pengembangan pariwisata tersebut. Seperti Infrastruktur yang cukup baik, kualitas SDM dan teknologi informasi dan komunikasi serta tingkat kriminalitas yang rendah. Namun, sektor pariwisata ini tak mampu bergerak signifikan.

Anggota DPRD DKI Jakarta, Nawawi mengatakan, seluruh anggota DPRD DKI Jakarta selalu mendukung setiap kegiatan pengembangan wisata di Jakarta. Bahkan, jika anggaran yang diajukan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) DKI Jakarta terasa kecil, pihaknya mendorong agar menambah atau mempertebal anggaran itu.

"Kalau anggarannya kecil, kita pertanyakan. Apa cukup dengan anggaran itu. Jangan-jangan kegiatan abal-abal. Kenapa tidak dipertebal, dibesarkan dengan konsep yang lebih baik. Agar bisa menarik masyarakat daerah lainnya, bahkan bisa mengenalkan destinasi Jakarta ke luar negeri," ujar Nawawi, di gedung DPRD DKI Jakarta, Senin (12/11). peri Irawan/P-5

Redaktur: M Husen Hamidy

Penulis:

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.