Rabu, 18 Des 2024, 14:03 WIB

Generasi Muda Diajak Jaga Keberlanjutan Wayang Kulit

Foto: istimewa

1734505112_4d5441733899daaf73ee.jpg

Ketua Fraksi Partai Golkar DPRD Jawa Tengah, Ferry Wawan Cahyono, mengajak generasi muda untuk melestarikan seni
budaya tradisional khususnya wayang kulit, saat membuka acara “Gebyar Seni Budaya Pagelaran Wayang Kulit 2024” yang berlangsung
di MAN 2 Banjarnegara, Jawa Tengah, Senin (9/12).

BANJARNEGARA - Sebagai bagian dari kekayaan budaya Indonesia, wayang kulit diharapkan terus berkembang dan dilestarikan.

Generasi muda memegang peran penting dalam menjaga keberlanjutan seni tradisional ini, agar tetap relevan di tengah perkembangan zaman.

Dengan menguasai teknik pertunjukan dan memahami nilai-nilai yang terkandung dalam cerita wayang, generasi muda diharapkan dapat menjadi penerus yang menjaga eksistensi wayang kulit sebagai warisan budaya bangsa.

Hal itu dikatakan Ketua Fraksi Partai Golkar DPRD Jawa Tengah, Ferry Wawan Cahyono, saat membuka acara Gebyar Seni Budaya Pagelaran Wayang Kulit 2024 yang berlangsung di MAN 2 Banjarnegara, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, Senin (9/12).

Generasi muda memiliki peran penting dalam menjaga keberlanjutan kesenian wayang kulit, yang merupakan warisan budaya bangsa.

“Wayang kulit bukan hanya seni pertunjukan, tetapi juga media pendidikan dan refleksi nilainilai kehidupan.

Generasi muda harus menjadi garda terdepan dalam melestarikan budaya ini agar tidak tergilas arus modernisasi,” ujarnya dengan penuh semangat.

Acara yang dihadiri ratusan pelajar dan masyarakat ini menghadirkan dalang muda berbakat serta berbagai elemen seni tradisional lainnya.

Ferry memuji antusiasme pelajar MAN 2 Banjarnegara dalam menyelenggarakan acara tersebut, sembari berharap kegiatan serupa dapat menjadi agenda rutin di seluruh wilayah Jawa Tengah.

Menurut Ferry, pelestarian budaya harus menjadi bagian dari identitas generasi muda.

“Kami di Fraksi Partai Golkar akan terus mendukung program-program budaya seperti ini, baik melalui kebijakan maupun dukungan konkret di lapangan,” tambahnya.

Selain pertunjukan wayang kulit, acara ini juga diramaikan dengan pameran seni tradisional dan lokakarya singkat tentang pembuatan wayang, yang bertujuan meningkatkan pemahaman peserta tentang proses kreatif di balik seni wayang kulit.

Ajakan Ferry ini mendapat tanggapan positif dari masyarakat dan pelajar.

Mereka berharap dukungan pemerintah dan pihak terkait terus berlanjut agar seni budaya tradisional Indonesia semakin dikenal dan dicintai, baik di dalam maupun luar negeri.

Dengan semangat ini, harapan akan kebangkitan kesenian wayang kulit sebagai jati diri bangsa semakin menguat, terutama di tangan generasi muda yang penuh kreativitas dan inovasi.

Kearifan Lokal Pentingnya perhatian khusus terhadap pelestarian budaya wayang sebagai simbol kebangsaan.

Wayang bukan sekadar warisan budaya lokal, tetapi juga menjadi cerminan kearifan lokal yang memperkaya identitas bangsa.

“Pelestarian budaya wayangan tidak hanya tentang mempertahankan seni pertunjukan tradisional, tetapi juga menjaga nilainilai filosofis yang terkandung di dalamnya,” ujarnya.

Ia juga menambahkan melalui upaya pelestarian ini, generasi muda dapat memahami dan mengapresiasi warisan budaya yang kaya ini sebagai bagian tak terpisahkan dari identitas bangsa Indonesia.

“Komitmen terhadap pelestarian budaya wayangan harus didukung dengan berbagai langkah nyata, seperti pengembangan pendidikan seni, revitalisasi tempat pertunjukan, dan edukasi kepada masyarakat,” tambahnya.

Diharapkan, langkah-langkah konkret dari pemerintah dan masyarakat dapat memastikan kekayaan budaya wayangan tetap lestari dan terus memberi inspirasi bagi generasi mendatang.

Dengan penekanan ini, Ferry memastikan pelestarian budaya wayangan bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga merupakan komitmen bersama untuk melestarikan warisan budaya yang begitu berharga bagi bangsa Indonesia.

Lalu bagaimana sebenarnya sejarah wayang kulit dan apa saja ragamnya? Sebutan wayang berasal dari kata ‘Ma Hyang’ yang artinya menuju kepada roh spiritual, para dewa, atau sang kuasa.

Wayang sudah dimainkan sejak zaman dahulu sejak kerajaan Hindu-Buddha di mana sebagian besar masyarakat masih memiliki kepercayaan terhadap dewa-dewa.

Bahkan setelah pengaruh Islam masuk ke Tanah Air, wayang kulit juga digunakan oleh para wali sebagai media penyebaran agama di Pulau Jawa melalui bidang kesenian.

Politisi dari Partai Golkar yang sangat peduli dengan budaya tradisional ini menambahkan, tidak hanya mengajak orang tua mencintai wayang kulit.

Dia juga mengajak generasi muda untuk mencintai budaya wayang kulit itu.

Banyak cara yang dilakukan untuk “menggoda” generasi muda mencintai wayag kulit.

“Kami DPRD sering menggelar pertunjukan wayang di daerah-daerah, tujuanya untuk melestarikan budaya wayang kulit,” katanya.

Dia menambahkan, sering mengajak generasi muda ke perajin wayang kulit di sejumlah daerah.

Bagaimana cara membuat tokoh wayang dan apa alur cerita dari tokoh itu biar anak muda semakin paham.

Sebab, untuk mencintai wayang kulit harus memahami alur ceritanya.

“Banyak sekali cerita atau lakon dalam perwayangan, biasanya bersisi soal tata cara kehidupan, sehingga manusia paham akan kehidupan ini,” kata dia. (Adv)

Redaktur: -

Penulis: -

Tag Terkait:

Bagikan: