Etika Lingkungan dan Pelestarian Alam dalam Epos Galigo
Masyarakat Kajang di Bulukumba melakukan ritual sesaji makanan.
Penggambaran tersebut sangat berbeda dengan keberadaan hutan yang saat ini jamak dianggap sebagai komoditas untuk meraup kekayaan. Akibatnya, atas nama pertumbuhan ekonomi, jutaan hektare hutan alam dirambah untuk kebun sawit, tanaman industri, industri kayu, hingga pertambangan.
Keberadaan pohon juga tak kalah penting bagi makhluk hidup di sekitarnya. Dalam Ritumpanna wélenrénngé, fakta ini diuraikan dalam ratapan salah satu burung penunggu Wellenreng:
Sawé si mpating lé manuq-manuq lé kurudaé….
…. ssellang mallappa wating makkeda
"Lé patang sani bannapatimmu Wélenrénngé.
mutuling sai wating mapeqdî
pakkamasêku riwatammu.
Tampil pula meratap burung gerda,….
…..menangis meratap berkata,
"Tahan dahulu jiwamu Wélenréng,
kau dengarkan ratap tangis
belas kasihku padamu."
Contoh lainnya adalah kisah Sawerigading yang berdialog dengan makhluk penunggu pohon, persiapan serta ritual-ritual yang dilakukan sebelum penebangan. Hal-hal tersebut juga menyiratkan pesan etika manusia yang harus mempertimbangkan aspek ekologi sebelum melakukan sesuatu yang berdampak pada makhluk lain.
Halaman Selanjutnya....
Redaktur : -
Komentar
()Muat lainnya