Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Etika Lingkungan dan Pelestarian Alam dalam Epos Galigo

Foto : The Conversation/Wikimedia Commons/Istiqamah.a

Masyarakat Kajang di Bulukumba melakukan ritual sesaji makanan.

A   A   A   Pengaturan Font

Setelah lebih dari sembilan hari dan sembilan malam, pohon raksasa itu roboh dan mengguncang bumi. Para makhluk penunggu meratap lalu kocar-kacir mencari tempat tinggal. Tujuh kerajaan di sekitarnya tenggelam karena banjir. Sawerigading bahkan turut masygul atas perbuatannya.

Kisah di atas merupakan bagian dari cerita Penebangan Pohon Welenreng (Ritumpanna Wélenrénngé), yang tertulis dalam epos Galigo atau Sureq Galigo dari khazanah masyarakat Bugis. Karya tersebut sudah disampaikan sejak abad ke-14 dalam bentuk lisan.

Epos ini memuat 300 ribu bait syair--dianggap sebagai yang terpanjang di dunia, mengalahkan Mahabharata dari India dan the Iliad dari Yunani. Sawerigading sebagai keturunan dewa sekaligus Raja Luwuq adalah tokoh utama dalam kisah ini.

Kisah Galigo menjadi salah satu bukti betapa kuatnya kearifan ekologi masyarakat Bugis. Di tengah deru pembangunan dan pengerukan sumber daya alam, rasanya tak ada yang lebih tepat dari saat ini bagi kita untuk menggali kearifan di tengah masyarakat dalam pelestarian Bumi.

Melalui penghayatan La Galigo, kita berharap dapat menyeimbangkan dominasi narasi antroposentrisme yang berpusat pada kepentingan manusia dalam berbagai kegiatan dan kebijakan di Indonesia maupun dunia.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : -
Penulis : -

Komentar

Komentar
()

Top