Ekstensifikasi Masih Jadi Solusi Swasembada di Kalbar
Seorang petani menanam bibit sayur sawi di Desa Sungai Selamat, Pontianak, Kalimantan Barat, beberapa waktu lalu.
Foto: ANTARA/Jessica WuysangPontianak, Kalbar – Dalam upaya mewujudkan swasembada padi, Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar) terus mengandalkan strategi ekstensifikasi, yakni peningkatan luas lahan tanam sebagai solusi utama.
Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura Pontianak Radian mengatakan budi daya secara ekstensifikasi masih menjadi solusi dalam mewujudkan swasembada padi di Kalbar yang areanya luas. Dengan bertambahnya luas area pertanian, produksi padi diharapkan dapat meningkat secara signifikan guna memenuhi kebutuhan pangan masyarakat serta mengurangi ketergantungan terhadap pasokan dari luar daerah.
"Secara geografis, Kalbar luas. Namun, dari luas tersebut secara umum dalam hal tingkat kesuburan tanah untuk tanaman padi belum begitu cocok, sehingga produktivitas masih rendah di Kalbar. Nah, menyikapi hal itu untuk swasembada padi, memang dengan ekstensifikasi atau perluasan lahan bukan intensifikasi," ujarnya di Pontianak, Kamis (30/1).
Seperti dikutip dari Antara, Radian menjelaskan bahwa luas panen di Kalbar saat ini sekitar 250 ribuan hektare. Untuk mencapai swasembada di Kalbar yakni memenuhi konsumsi penduduk 5,4 juta jiwa, maka paling tidak perlu menanam padi di atas 300 ribuan hektare.
"Potensi perluasan lahan itu dengan cetak sawah baru dan lainnya sangat memungkinkan. Kembali, dengan potret yang ada, perluasan lahan tanam sangat realistis dalam mewujudkan swasembada padi di Kalbar," papar dia.
Ia mengatakan jika Kalbar mengandalkan intensifikasi dengan kondisi saat ini, maka akan butuh upaya yang maksimal dan biaya besar. Pasalnya, kondisi lahan yang tidak optimal sebagaimana di Pulau Jawa atau lainnya.
Produktivitas padi di Kalbar masih sekitar 3 ton per hektare atau di bawah nasional yang sudah di atas 5 ton per hektare. Menurutnya, rendahnya produktivitas tidak terlepas dari sulitnya pengaturan air. Jika musim kemarau, maka tanah pertanian mengalami kekeringan. Sebaliknya musim hujan mengalami banjir seperti saat ini.
"Pada sisi lainnya, tanaman padi tidak terlepas dari kebutuhan air yang cukup. Pengaturan air melalui irigasi dan lainnya penting agar produktivitas bisa ditingkatkan," jelas dia.
Ia menambahkan unsur hara tanah di Kalbar juga tidak begitu cocok untuk meningkatkan produktivitas. Meski, pupuk itu hanya sebagai pupuk mayor. Belum lagi soal hama yang dikategorikan tinggi di Kalbar, sehingga penanganan perlu maksimal oleh petani.
"Kemudian, tanah kita banyak mengandung racun bagi tanaman atau unsur yang tidak dibutuhkan dalam tanaman padi seperti aluminium. Hal itu bisa mempengaruhi produktivitas," jelas dia.
Benih Lokal
Terkait varietas benih juga perlu menjadi perhatian agar produktivitas padi di Kalbar tinggi. Kemudian, varietas yang ada juga harus menyesuaikan lahan atau lingkungannya.
"Harusnya, setiap kecamatan paling tidak ada demplot untuk memastikan varietas apa yang cocok. Penggunaan benih lokal juga penting karena adaptif tentunya," jelas dia.
Dalam hal swasembada padi, ia juga menyarankan ada regulasi yang mengatur perusahaan sawit di Kalbar ikut melakukan budi daya tanaman padi. Perusahaan diwajibkan ikut budi daya padi di sekitar kebun, sehingga bisa berkontribusi dalam menyediakan pangan berupa beras.
Berita Trending
- 1 Incar Kemenangan Penting, MU Butuh Konsistensi
- 2 Thailand Ingin Kereta Cepat ke Tiongkok Beroperasi pada 2030
- 3 Kepercayaan Masyarakat Dapat Turun, 8 Koperasi Bermasalah Timbulkan Kerugian Besar Rp26 Triliun
- 4 Polresta Bukittinggi giatkan pengawasan objek wisata selama liburan
- 5 Cegah Kepunahan, Karantina Kepri Lepasliarkan 1.200 Burung ke Alam