
Pengacara Tuntut agar Duterte Dipulangkan ke Manila
Rodrigo Duterte
Foto: AFP/HOLMES CHANMANILA - Pengacara Rodrigo Duterte, yang saat ini diyakini sedang menuju Den Haag untuk menghadapi Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) atas tindakan kerasnya terhadap narkoba, pada Rabu (12/3) mengajukan petisi yang menuntut pengembalian mantan Presiden Filipina itu ke Manila.
Pesawat yang membawa pria berusia 79 tahun itu ke Belanda, dilaporkan telah melanjutkan perjalanannya setelah singgah beberapa jam di Dubai pada Rabu, kata situs pelacakan penerbangan, dan diperkirakan pesawat ini akan tiba pada Rabu.
Menurut ICC, Duterte menghadapi dakwaan kejahatan terhadap kemanusiaan berupa pembunuhan atas tindakan keras yang menurut kelompok hak asasi manusia telah menewaskan puluhan ribu orang yang sebagian besar miskin, seringkali tanpa bukti bahwa mereka terkait dengan narkoba.
Pada Rabu pagi, pengacaranya mengajukan petisi ke Mahkamah Agung atas nama putri bungsu Duterte, Veronica, dengan menuduh pemerintah telah “menculik” Duterte dan menuntut dipulangkanya kembali mantan presiden itu.
“ICC hanya dapat menjalankan yurisdiksinya jika sistem hukum nasional suatu negara tidak berfungsi,” kata pengacara Salvador Paolo Panelo Jr kepada wartawan di luar pengadilan, sambil menegaskan bahwa sistem peradilan Filipina masih berfungsi dengan baik.
Namun petugas pers istana kepresidenan, Claire Castro, mengatakan bekerja sama dengan Interpol merupakan hak prerogatif pemerintah. “Ini bukan sekadar menyerahkan warga negara Filipina, ini menyerahkan warga negara Filipina yang dituduh melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan, khususnya pembunuhan,” kata dia.
Kampanye Berdarah
Duterte ditangkap pada Selasa (11/3) pagi setelah Interpol Manila menerima salinan resmi surat perintah penangkapan dari ICC, kata istana kepresidenan.
Seorang juru bicara ICC kemudian mengkonfirmasi surat perintah tersebut dan mengatakan sidang perdana kasus ini akan dijadwalkan saat Duterte telah berada dalam tahanan pengadilan.
Presiden Ferdinand Marcos Jr telah mengumumkan penangkapan dan pemberangkatan secara paksa pendahulunya itu pada Selasa malam.
“Pesawat itu sedang dalam perjalanan ke Den Haag di Belanda, yang memungkinkan mantan presiden menghadapi tuduhan kejahatan terhadap kemanusiaan terkait dengan perang berdarah melawan narkoba,” kata Marcos Jr.
Filipina sebenarnya telah keluar keluar dari ICC pada tahun 2019 atas instruksi Duterte. Namun pengadilan tersebut bersikeras pihaknya memiliki yurisdiksi atas pembunuhan hingga saat itu, termasuk yang terjadi di kota selatan Davao saat Duterte menjadi wali kota.
Pemerintahan Marcos Jr sebelumnya pun telah berulang kali mengatakan tidak akan bekerja sama dalam penyelidikan kampanye berdarah tersebut, tetapi baru-baru ini mengubah pendiriannya, dengan mengatakan akan diwajibkan untuk mengikuti jika Interpol meminta bantuan. AFP/I-1
Berita Trending
- 1 Cuan Ekonomi Digital Besar, Setoran Pajak Tembus Rp1,22 Triliun per Februari
- 2 Pemeriksaan Kesehatan Gratis di Puskesmas bisa Diakses Semua Warga
- 3 Ekonomi Biru Kian Cerah! KKP dan Kemnaker Maksimalkan Peluang Lapangan Kerja
- 4 Menpar Sebut BINA Lebaran 2025 Perkuat Wisata Belanja Indonesia
- 5 Bukan Arab Saudi, Negara Penghasil Kurma Terbesar Dunia Berasal dari Afrika
Berita Terkini
-
Rapat Panja RUU TNI Digelar Tertutup, Ini yang Dilakukan Koalisi Masyarakat Sipil
-
Guardiola Yakin City Mampu Atasi Tekanan di Perebutan Tiket Liga Champions
-
AS Serang Kelompok Houthi di Yaman, 18 Warga Sipil Tewas
-
Perkuat Timnas, Delapan Pemain Liga 1 Sudah Berkumpul di Jakarta
-
7 Juta Hektare Lahan Berpotensi Jadi Perhutanan Sosial