Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Strategi Pembangunan - Kebergantungan pada Impor Jadi Penyakit Struktural

Dahulukan Bangun Sektor Riil dan Pertanian

Foto : Sumber: Badan Pusat Statistik – Litbang KJ/and
A   A   A   Pengaturan Font

"Kita bicara unicorn, tapi sektor produksi tak dibereskan. Kalau sektor produksi tidak dibereskan maka barang impor semua yang akan masuk," tegas Faisal dalam diskusi "Economic Outlook 2018", di Jakarta, Kamis (28/2).

Saat ini, Indonesia memiliki empat unicorn, yakni GO-JEK, Tokopedia, Bukalapak, dan Traveloka. Bahkan, Grab Holding sudah menyandang status decacorn atau perusahaan startup yang memiliki valuasi di atas 10 miliar dollar AS (sama dengan 140 triliun rupiah). Artinya, valuasi decacorn setara dengan 10 unicorn.

Terkait dengan bukti bahwa pemerintah lupa memberikan perhatian serius pada sektor riil, Faisal memaparkan hal itu terlihat dari melambatnya pertumbuhan penjualan industri makanan dan minuman dalam negeri. "Makanan-minuman yang biasa tumbuh 9-10 persen, tahun lalu (2018) hanya tumbuh tujuh persen," ujar dia.

Menurut Faisal, perlambatan penjualan itu disebabkan oleh membanjirnya produk impor yang sebenarnya masih produk dalam negeri juga. Akibat kesulitan membangun industri manufaktur di dalam negeri, pelaku usaha industri manufaktur Indonesia akhirnya memilih membangun pusat produksinya di luar negeri, kemudian menjualnya ke Indonesia.

"Luwak White Coffee punya orang Semarang, pabriknya di Korea. Ting-Ting punya Pak Sudhamek (pemilik GarudaFood), pabriknya di Guangzhou (Tiongkok). Kenapa? Karena makin susah orang Indonesia bikin pabrik manufaktur," tukas dia.
Halaman Selanjutnya....

Komentar

Komentar
()

Top