Kawal Pemilu Nasional Mondial Polkam Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Otomotif Rona Telko Properti The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis Liputan Khusus

Bungker Bom Taiwan: ‘Ruang Kehidupan dan Ruang untuk Kematian’

Foto : Istimewa

Lorong sempit bungker yang diubah menjadi kuil.

A   A   A   Pengaturan Font

Di seluruh jalannya dan banyak lagi di Keelung, yang mengalami serangan asing pertama, oleh Belanda, pada 1642, lanskap untuk perlindungan telah dipahat. Dapur terhubung ke lorong-lorong bawah tanah dengan terowongan dari batu pasir. Gerbang berkarat di ujung gang mengarah ke perut bumi nan gelap yang dipenuhi kenangan perang, dan terkadang sampah atau kelelawar, bahkan altar atau paviliun restoran.

Dikutip dari The New York Times, ada hampir 700 tempat perlindungan bom di kota berpenduduk 360.000 orang ini, para pejabat terkemuka menyatakan bahwa Keelung memiliki kepadatan tempat persembunyian yang lebih tinggi daripada tempat lain di Taiwan yang dijaga ketat. Dan untuk kelompok perencana kota, seniman, dan pecinta sejarah yang terorganisir secara longgar, bungker bom Keelung telah menjadi kanvas, untuk pembaruan kota yang kreatif sekaligus pertahanan sipil.

Beberapa dari surga ini telah ditata ulang sebagai ruang budaya. Tapi ruang bawah tanah ini bukan hanya peninggalan keren; di sebuah pulau dengan pemerintahan sendiri yang dianggap Tiongkok sebagai properti hilang yang akan diklaim kembali, mereka juga merupakan infrastruktur vital.

Sebagian besar bungker dipetakan dan dibangun oleh Jepang, yang memerintah Taiwan dari 1895 hingga akhir Perang Dunia II, ketika Keelung menjadi sasaran pengeboman.

Tempat berlindung di sekitar kedai milik Shi, menempati salah satu bagian tertua kota, berada tepat di bawah taman lereng bukit yang sedang ditingkatkan dengan lift. Salah satu pintu masuknya akan membutuhkan jalan kaki singkat melalui gua dengan terowongan berliku yang, hingga saat ini, digunakan sebagai gudang penyimpanan pemadam kebakaran.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Selocahyo Basoeki Utomo S
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top