
Budi Daya Hijauan Alfalfa Tropik Bisa Menjadi Solusi Untuk Mengurangi Ketergantungan Impor Pakan Ternak
Bambang dalam keterangannya di Yogyakarta, Selasa, menjelaskan alfalfa tropik merupakan hijauan berkualitas tinggi yang berpotensi menggantikan sebagian kebutuhan impor alfalfa yang selama ini cukup besar.
Foto: Antara FotoGuru Besar UGM: Budi daya alfalfa bisa tekan impor pakan ternak
Yogyakarta, 18/3 (ANTARA) - Guru Besar Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof Bambang Suwignyo mengatakan budi daya hijauan alfalfa tropik bisa menjadi solusi untuk mengurangi ketergantungan impor pakan ternak sapi perah maupun kambing peranakan etawa di tanah air.
Bambang dalam keterangannya di Yogyakarta, Selasa, menjelaskan alfalfa tropik merupakan hijauan berkualitas tinggi yang berpotensi menggantikan sebagian kebutuhan impor alfalfa yang selama ini cukup besar.
"Produksi alfalfa tropik bisa menjadi solusi mengurangi ketergantungan impor," ujarnya.
Berdasarkan data Kementerian Pertanian RI, dia menyebut Indonesia selama ini masih bergantung pada impor pakan hijauan ternak alfalfa dengan jumlah mencapai 20,6 juta ton pada 2023 dengan nilai lebih dari Rp142 miliar.
Beberapa perusahaan industri ternak perah setidaknya setiap bulan membutuhkan sebanyak 300 ton pakan alfalfa dalam bentuk hay atau pakan yang sudah diawetkan.
Sebagai upaya menekan impor pakan tersebut, kata Bambang, UGM telah menjalin kerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Kulon Progo dalam pengembangan demplot alfalfa tropik seluas satu hektare.
Hasilnya, kata dia, menunjukkan bahwa tanaman tersebut dapat tumbuh dengan baik dengan produksi segar berkisar antara 10 sampai 18 ton per hektare.
Bahkan, varietas alfalfa tropik yang dikembangkan telah diakui sebagai plasma nutfah Indonesia dengan nama Kacang Ratu BW.
Selain berpotensi menekan angka impor, kata Bambang lagi, alfalfa tropik juga memiliki keunggulan dalam meningkatkan kualitas pakan ternak.
Menurut dia, tanaman alfalfa tropik mampu meningkatkan kadar protein pakan sebesar 10 persen hingga 15 persen, sehingga membuat produktivitas ternak dan produksi susu meningkat.
Berdasarkan uji coba yang diterapkan pada kambing etawa selama empat bulan, menurut dia, berhasil menunjukkan hasil yang signifikan.
"Kami mencatat peningkatan produksi susu sekitar 20 persen, serta bobot kambing meningkat hingga 15 persen. Selain itu, biaya pakan berkurang hingga 30 persen berkat pemanfaatan limbah pertanian sebagai pakan alternatif," ujar dia.
Bambang menuturkan, pengembangan budi daya alfalfa tropik juga sejalan dengan strategi ketahanan pangan nasional.
Dengan sistem pertanian terpadu yang mengintegrasikan manajemen pakan, peternak dapat lebih mandiri memenuhi kebutuhan pakan ternak.
"Kita ingin meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peternak dalam mengelola kambing peranakan etawa (PE), khususnya dalam manajemen pakan dan produksi susu," kata dia pula.
Berita Trending
- 1 Polresta Pontianak siapkan 7 posko pengamanan Idul Fitri
- 2 Pemko Pekanbaru Tetap Pantau Kebutuhan Warga Terdampak Banjir
- 3 Produktivitas RI 10 Persen di Bawah Rata-Rata Negara ASEAN
- 4 RPP Keamanan Pangan Digodok, Bapanas Siap Dukung Prosesnya
- 5 BEI Catat Ada 25 Perusahaan Beraset Besar Antre IPO di Pasar Modal, Apa Saja?