Bisnis Limbah Fesyen, Bagian dari Perjuangan Lindungi Lingkungan
"Saya tidak mau bilang saya orang yang sangat ecoconscious. Saya hanya melihat kesempatan bahwa raw material sebuah bisnis tidak harus dari bahan yang baru. Terbukti bahwa kita bisa memanfaatkan waste. Jadi kita upayakan 80-90 persen raw material itu dari bahan sisa. Yang kita utamakan adalah fashion waste," papar dia.
Hana mengaku tidak punya banyak pengalaman di bisnis fesyen ketika membuka Threadpeutic. Ia bahkan baru mempelajari teknik jahit stich and slash untuk menghasilkan bahan dekoratif berlapis dengan efek faux chenille (halus dan empuk setelah dicuci) enam bulan setelah membuka bisnisnya. Teknik itu banyak digunakan untuk produk-produk Threadpeutic.
Ia mempelajari teknik tersebut dari sepupunya, Dina Midiani, seorang perancang busana senior yang dikenal sering membuat produk dengan kain sisa. Teknik rumit yang melibatkan pelapisan kain dan kemudian memotongnya dengan hati-hati untuk menciptakan tekstur yang compang-camping ini memungkinkan Hana dan timnya memanipulasi banyak jenis kain, seperti katun, poliester-katun, sifon, dan denim.
Beberapa merek fesyen ternama di Indonesia, seperti Purana, SukkhaCitta dan (X)SML, kini telah bekerja sama dengan Threadpeutic untuk mendonasikan kain sisa mereka. Sebuah hotel bahkan menyumbangkan seprai lama mereka untuk diolah kembali. VoA/I-1
Redaktur : Ilham Sudrajat
Komentar
()Muat lainnya