Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Bisnis Limbah Fesyen, Bagian dari Perjuangan Lindungi Lingkungan

Foto : VoA/Threadpetic
A   A   A   Pengaturan Font

Konsep reworked thrift juga diadopsi Via Ria Anggraeni, 25 tahun, pendiri toko online TemanThrifhty. Lulusan jurusan Komunikasi Universitas Islam Bandung ini awalnya, sekitar Oktober 2019, hanya menawarkan pakaian bekas miliknya pada akun Instagram-nya (@temanthrifty). Ternyata, peminatnya banyak.

Ia kemudian berpikir untuk menjadikan usaha isengnya menjadi bisnis sungguhan, dengan melibatkan lebih banyak orang. Ia tidak hanya menjual pakaian bekas, tapi mendesain ulang pakaian-pakaian itu menjadi pakaian baru. Ketika mengunggah karya-karyanya di Instagram, pada Oktober 2020, reaksinya di luar perkiraan. Harga pakaian-pakaian yang ditawarkannya jauh lebih tinggi daripada biasanya namun peminatnya justru meningkat.

Via mengaku, tema yang diterapkan pada karya-karyanya adalah fun and cute. "Yang membedakan mungkin dari ciri khas kain dan desain yang secara kontinyu dibuat. Kami menggunakan kain polkadot, kain warna-warni dan rampel di beberapa bagian baju yang berbeda dengan reworked biasanya," kata dia.

Menurut Via, minatnya menekuni second hand fashion tidak lepas dari keprihatinannya akan limbah fesyen. Ia mengungkapkan, pabrik pakaian semakin hari makin banyak, sehingga limbahnya makin menumpuk. Mengajak orang-orang untuk memperpanjang usia pakaian, katanya, adalah bagian dari usahanya mengurangi limbah itu.

Peluang besar bisnis limbah fesyen juga terbaca oleh Hana Surya, 58 tahun, pendiri Threadpeutic, studio kerajinan tangan di bidang tekstil di Jakarta Timur, yang mendasarkan konsep produksinya pada upaya meminimalkan limbah.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Ilham Sudrajat

Komentar

Komentar
()

Top