Berlian Namibia Sumber Kekayaan bagi Jerman
Foto: IstimewaDi Namibia, Jerman seperti menemukan durian runtuh. Di selatan Kota Lüderitz terdapat sebuah lembah terpencil di balik bukit pasir dimana berlian berkelap-kelip berserakan di permukaan pasir dan berkilauan di bawah sinar Bulan.
Khadiran resmi Jerman di Afrika barat daya dimulai pada tahun 1884. Sebagian dari mereka datang karena petisi pemukim awal Jerman. Pada tahun 1885, Kanselir Kekaisaran Jerman, Otto von Bismarck, mengadakan konvensi di Berlin di mana kekuatan Eropa membagi sebagian Afrika di antara mereka sendiri.
Setahun kemudian perbatasan antara Angola dan apa yang akan menjadi Afrika Barat Daya Jerman dinegosiasikan antara Jerman dan Portugal. Pada tahun 1890 benteng militer Jerman pertama dibangun di Windhoek, yang sekarang menjadi ibu kota Namibia.
Salah satu tulang punggung penopang ekonomi Jerman di negeri jajahan kala itu adalah batu mulia berlian. Penemuan ini menandai dimulainya era petualangan, pembangunan, dan perubahan secara cepat di wilayah itu.
Semuanya berawal pada tahun 1908 ketika Zacharias Lewala sedang menyekop pasir dari jalur kereta api di gurun pasir Namib dekat Kota Lüderitz. Di sini ia menemukan batu yang kusam tetapi menarik dengan kilauan yang menurutnya mungkin adalah berlian.
Bagi Lewala, berlian bukan benda asing. Ia adalah seorang pekerja kereta api yang sebelumnya pernah menghabiskan waktu di ladang berlian Kimberley sekitar 1.000 kilometer ke selatan wilayah itu, sebelum menemukan sebuah batu yang menarik perhatiannya.
Seperti yang diminta, ia memberikan batu itu kepada inspektur kereta api, August Stauch. Setelah dilakukan pengujian dinyatakan batu itu memang benar berlian, dan seterusnya seperti kata pepatah adalah sejarah.
Perburuan berlian sedang berlangsung dan basis signifikan pertamanya adalah Kolmanskop. Kota ini menjadi sebuah pemukiman pertambangan yang segera menjadi kota yang ramai. Dengan uang dan masukan Jerman yang kuat, kota itu berkembang hingga mencakup tempat tinggal yang elegan.
Di sini terdapat tempat pemotongan daging, pabrik furnitur, toko roti, pabrik limun, gimnasium dengan lorong empat skittle, taman bermain, dan kolam renang. Kota ini begitu maju sehingga rumah sakitnya memiliki mesin sinar-X pertama di kawasan Afrika selatan.
Pencarian berlian dimulai pada tahun yang sama dengan penemuan Lewala. Stauch bergabung dengan Profesor Robert Scheibe, direktur Departemen Mineralogi Royal Mining Academy di Berlin, dalam eksplorasi wilayah selatan Lüderitz.
Di sebuah lembah terpencil di balik bukit pasir, mereka menemukan deposit berlian terkaya yang pernah ditemukan. Situs tersebut diberi nama Märchental atau Lembah Dongeng (Fairytale Valley) karena tanahnya dikatakan berkelap-kelip seperti bintang, berlian-berlian berserakan di permukaan dan berkilauan di bawah sinar Bulan.
Pada siang hari, para penambang merangkak di tanah dengan perut mereka, mengambil berlian dengan pinset. Pada malam hari, mereka merangkak ke dalam kompartemen tidur yang menyerupai peti mati, di mana mereka di kunci hingga fajar untuk mencegah pencurian.
Meskipun beberapa berlian mungkin telah dicuri, hasilnya tetap memuaskan. Hanya dalam waktu dua puluh bulan penambangan, total berlian yang berhasil ditambang mencapai satu juta karat.
Terlebih lagi, kekayaan Lembah Dongeng terbukti menjadi bagian dari serangkaian endapan berlian di sepanjang pantai selatan Namibia yang membentuk ladang berlian yang sangat besar. Dengan penemuan ini, operasi penambangan bermunculan di Charlottental, Bogenfels, Meob, dan Conception Bay, dan beberapa tahun kemudian di Elizabeth Bay dan Pomona.
Pada tahun 1908, aktivitas pertambangan diatur dan perusahaan pertama dari sembilan perusahaan memperoleh hak untuk mencari dan menambang berlian di sebidang tanah yang berada dalam batas garis lintang 26 derajat utara, Sungai Orange di selatan, dan 137 kilometer ke pedalaman dari pantai.
Di lokasi yang dibatasi ini, para penambang harus berhadapan dengan suhu ekstrem, angin kencang, dan kabut tebal saat mereka mulai menggali lebih dalam dan mencari batu-batu berkilau di antara tanah dan bebatuan.
Para penambang mengatasi kelangkaan air tawar dengan mendirikan pangkalan di Grillental, tempat akuifer bawah tanah mengalirkan empat lubang bor. Air tawar dari pasokan ini diangkut ke tambang-tambang yang jauh seperti Kolmanskop dan Bogenfels. Upaya itu terbayar lunas, karena lokasi Bogenfels saja menghasilkan 400.000 karat berlian.
Pasang Surut
Setiap rekor baru dalam penambangan berlian segera diikuti oleh rekor berikutnya. Kota-kota pencari berlian berkembang pesat. Berlian terbesar hingga 52 karat ditemukan di Idatal. Kereta api berjalan, pabrik pengolahan segera beroperasi penuh dan 1.500 orang tinggal dan bekerja di Pomona.
Operasi penambangan yang dimulai di Pomona pada tahun 1912 menghasilkan rata-rata 50.000 karat berlian per bulan selama dua tahun kemudian. Sekitar 300 orang dewasa, 40 anak-anak dan 800 pekerja kontrak tinggal di Kolmanskop. Dalam tujuh tahun pertama setelah penemuan berlian pertama Zacharias Lewala, tambang di selatan telah menghasilkan total 5.369.814 karat berlian.
Tujuh tahun keberhasilan penambangan diikuti oleh tujuh tahun ketidakpastian yang dipicu oleh peristiwa dunia yang dramatis. Perang Dunia I dimulai dan pada bulan September 1914 kapal perang dan pasukan Inggris menduduki Lüderitz.
Aktivitas penambangan berhenti selama satu tahun. Ketika mereka melanjutkan pada tahun 1915 di bawah keadaan darurat militer. Namun pada tahun 1919 hasilnya telah meningkat menjadi 462.180 karat. Pada tahun 1920 produksi jatuh, akibat Depresi Besar.
Pada tahun 1926, industri pertambangan kembali mengalami pasang surut dengan ditemukannya berlian di Muara Sungai Orange, tempat yang sekarang dikenal sebagai Oranjemund, sebelum kembali mengalami penurunan tajam pada tahun 1929 ketika pasar saham di Amerika Serikat anjlok.
Pada tahun 1930, penambangan berakhir di Kolmanskop, dan setahun kemudian tambang ditutup di Pomona. Elizabeth Bay ditambang hingga tahun 1948 dan Bogenfels hingga tahun 1952. Saat ini, sebagian besar lokasi ini berdiri sebagai kota hantu, yang menjadi saksi bisu dunia tempat impian akan kekayaan, yang sempat terwujud, telah kembali menjadi debu.
Namun, berkat perkembangan teknologi baru, beberapa lokasi lama dieksplorasi sekali lagi. Di Bogenfels, operasi penambangan skala kecil telah dilanjutkan di dekat lengkungan batu yang terkenal itu.
Dan perpindahan ke selatan menuju Oranjemund masih berlanjut. Enam puluh tahun kemudian, para penambang masih menemukan berlian di pasir dan laut. Wilayah yang awalnya ditetapkan untuk pertambangan pada tahun 1908 dan sekarang dikenal sebagai Sperrgebiet mencakup luas 26.000 kilometer persegi.
Saat ini, seperti saat demam berlian dimulai, aktivitas pertambangan dibatasi hanya pada 10 persen dari total luas permukaan. Mereka yang mencari peruntungan masih tertarik pada pasir dan laut di sekitar Lüderitz.
Namdeb, perusahaan pertambangan berlian yang dimiliki oleh pemerintah Namibia dan De Beers, juga merupakan perusahaan pertambangan berlian aluvial terkemuka di dunia. Kapal-kapalnya setiap hari mengarungi lautan lepas pantai untuk mencari lapisan berlian.
Dan para penyelam berlian menantang Atlantik yang sedingin es untuk mencari batu-batu berharga. Pada suatu hari mereka mungkin memperoleh banyak harta, dan hari berikutnya mereka muncul kembali dengan tangan hampa. hay/I-1
Berita Trending
- 1 Pemeintah Optimistis Jumlah Wisatawan Tahun Ini Melebihi 11,7 Juta Kunjungan
- 2 Dinilai Bisa Memacu Pertumbuhan Ekonomi, Pemerintah Harus Percepat Penambahan Kapasitas Pembangkit EBT
- 3 Permasalahan Pinjol Tak Kunjung Tuntas, Wakil Rakyat Ini Soroti Keseriusan Pemerintah
- 4 Sabtu, Harga Pangan Mayoritas Turun, Daging Sapi Rp131.990 per Kg
- 5 Desa-desa di Indonesia Diminta Kembangkan Potensi Lokal
Berita Terkini
- Libur Panjang, Ribuan Orang Kunjungi Kepulauan Seribu
- “Big Bang Festival 2024” Targetkan 1 Juta Pengunjung
- Dishub DKI Catat Kenaikan Pergerakan Penumpang di Tujuh Terminal AKAP
- Menggembirakan, Sekitar 1.400 Orang Mantan Anggota Jemaah Islamiyah Deklarasi Pembubaran
- Pemerintah Harus Segera Hentikan Kebijakan PPN 12 Persen