Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2024 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Selasa, 12 Nov 2024, 06:25 WIB

Banyak Terjadi pada Lansia

Foto: AFP/Phill Magakoe

1731331091_7f93e802b77806b98f57.jpg

Penyakit mata degenerasi makula terkait usia (age-related macular degeneration/AMD) banyak dialami oleh orang dalam kategori lanjut usia (lansia). Oleh karenanya mereka perlu waspada terhadap penyakit yang menyerang makula, area pusat retina yang bekerja menangkap cahaya dan meneruskannya ke otak melalui saraf optik.

Makula berperan penting dalam penglihatan sentral dan membedakan detail saat membaca, menulis hingga melihat wajah seseorang. Penyakit mata progresif dan bersifat degeneratif ini dapat menyebabkan hilangnya penglihatan dengan cepat, yang dapat menimbulkan beban sosial dan ekonomi.

Ada dua jenis dari penyakit mata AMD yaitu AMD basah (wet AMD) dan AMD kering (dry AMD). Penyakit AMD basah muncul seiring bertambahnya usia, umumnya diderita oleh kelompok lansia berumur 50 tahun ke atas.

“Selain usia, penyakit wet AMD dipengaruhi oleh beberapa faktor risiko lain merokok, diet yang buruk, serta riwayat keluarga dengan AMD,” ujar dokter mata dari JEC Eye Hospitals, dr Elvioza, SpM(K).

Ia memaparkan, AMD basah adalah kondisi lebih lanjut dari AMD, yang ditandai adanya proses neovaskularisasi, di mana pembuluh darah baru mulai terbentuk di belakang retina. Namun, pembuluh darah tersebut sangat halus, serta rentan bocor cairan dan darah hingga masuk ke lapisan makula.

Gangguan AMD basah mengakibatkan terjadinya jaringan parut yang menghambat fungsi sel retina. Penyakit ini merupakan penyebab utama kehilangan penglihatan yang parah dan kebutaan pada pasien AMD di atas usia 65 tahun, serta memengaruhi 20 juta orang di seluruh dunia.

Pasien dengan AMD basah, umumnya merasakan gejala berupa terganggunya penglihatannya berupa distorsi, buram dan ada bintik hitam. Hal ini apabila tidak ditangani dengan cepat dan tepat, dapat mengakibatkan kebutaan pada pasien.

“Sayang, banyak pasien yang baru memeriksakan mata setelah kondisinya memburuk. Untuk itu, penting mengenali gejala awal AMD basah sehingga pemeriksaan dini dapat segera dilakukan,” ungkap Elvioza.

Terapi yang saat ini tersedia bagi pasien AMD basah di Indonesia bukan bertujuan untuk menyembuhkan, namun memperlambat progresivitas penyakit dan dilakukan dilakukan dalam jangka panjang. Bagi dokter, mengendalikan cairan retina sangat penting untuk mengendalikan perkembangan penyakit dan memperbaiki kondisi penglihatan.

“Berdasarkan pedoman penanganan AMD basah di Indonesia, beberapa terapi yang dapat digunakan meliputi laser fotokoagulasi, terapi fotodinamik, dan anti-VEGF. Oleh karena itu, kenali gejalanya dengan baik dan segera periksakan,” papar Elvioza.

Sejauh ini penyebab munculnya penyakit AMD masih belum diketahui secara pasti. Hampir seluruh pasien yang menderita AMD berada pada usia lanjut atau 65 tahun ke atas, dan cenderung lebih banyak diderita oleh perempuan.

“Akan tetapi terdapat beberapa faktor lain yang kemungkinan terlibat seperti, kebiasaan merokok, obesitas, hipertensi, riwayat AMD pada keluarga, jarang berolahraga, pola makan yang tidak baik. Oleh karenanya hindari hal-hal tersebut,” kata dia.

Presiden Direktur PT Novartis Indonesia, Khalid Ibrahim, memaparkan bahwa penyakit retina wet AMD, dapat menyebabkan beban sosial ekonomi yang berat. Oleh karenanya masyarakat perlu diedukasi secara terus menerus guna meningkatkan kesadaran, dan juga melakukan pemeriksaan dini dan segera mencari tempat perawatan jika gejala yang dirasakan muncul,agar terhindar dari perburukan penyakit.  hay/I-1

Redaktur: Ilham Sudrajat

Penulis: Haryo Brono

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.