Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2024 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Jum'at, 27 Des 2024, 03:03 WIB

Tsunami Jadi Pembuka Pintu Perdamaian Aceh

Foto: Antara

Bencana gempa bumi dan tsunami Aceh pada 2004 lalu telah membuka pintu perdamaian di Tanah Rencong yang berada dalam konflik berkepanjangan dan bencana itu sebagai jalan terbaik membangun Aceh.

BANDA ACEH - Peristiwa gempa bumi dan tsunami Aceh 2004 dinilai telah membukakan pintu perdamaian bagi tanah rencong yang juga sedang dalam konflik berkepanjangan.

1735229345_2ce5de46e51f81fedbc4.jpg

Zikir dan berdoa pada peringatan 20 tahun bencana Tsunami di Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh, Aceh, Kamis (26/12/2024).

“Tsunami telah membuka pintu perdamaian di Aceh. Konflik yang telah berlangsung selama 30 tahun, akhirnya menemui titik terang,” kata Pj Gubernur Aceh, Safrizal ZA di Banda Aceh, Kamis (26/12).

Pernyataan itu disampaikan dalam acara puncak peringatan 20 tahun tsunami Aceh yang bertajuk Aceh Thanks the World di halaman Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh.

Bencana tsunami, kata dia, membuka mata semua pihak bahwa perdamaian merupakan jalan terbaik untuk membangun Aceh.

Kemudian, pada 15 Agustus 2005 atau hanya delapan bulan setelah tsunami, Pemerintah RI dan GAM menandatangani nota kesepahaman damai atau MoU di Helsinki, Finlandia. “MoU Helsinki mengakhiri konflik berkepanjangan dan membuka lembaran baru bagi Aceh,” ujar Safrizal.

Ia menyampaikan bencana gempa dan tsunami yang melanda Aceh 20 tahun lalu merupakan ujian berat dari Allah SWT untuk Aceh, dimana gempa berkekuatan magnitudo 9,1, disusul gelombang tsunami telah menghantam pesisir Aceh.

Dalam hitungan menit, merenggut lebih dari 170 ribu nyawa dan menghancurkan sekitar 250 ribu rumah, ratusan sekolah, puluhan rumah sakit, dan berbagai infrastruktur vital lainnya. “Peristiwa ini meninggalkan luka mendalam bagi masyarakat Aceh,” katanya.

Namun, kata Safrizal, di tengah kekalutan itu, Tuhan memperlihatkan kepada semua akan kuasaNya melalui cahaya kemanusiaan yang begitu terang.

Ketika berita tentang tsunami Aceh menyebar ke seluruh dunia, komunitas internasional bergerak dengan kecepatan dan solidaritas yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah kemanusiaan modern.

Lebih dari 60 negara, ratusan organisasi internasional, dan ribuan relawan dari berbagai penjuru dunia datang ke Aceh, membawa bantuan, harapan, dan semangat untuk bangkit kembali. “Kita menyaksikan bagaimana dunia bersatu untuk Aceh. Kita menyaksikan bagaimana ribuan relawan internasional bekerja tanpa kenal lelah. Bahkan, ada yang sampai mengorbankan nyawa mereka demi membantu Aceh,” ujarnya.

Pendeteksi Gempa

Sementara itu, ratusan korban gempa dan tsunami di Gampong (Desa) Lambung, Kota Banda Aceh, larut dalam doa mengenang bencana alam dahsyat 20 tahun lalu atau 26 Desember 2004.

Doa bersama para korban bencana 20 tahun silam dipusatkan di Gedung Penyelamatan atau dikenal dengan sebutan Escape Building Gampong Lambung, Kamis.

Keuchik (Kepala Desa) Lambung Yasir menyebutkan warga Gampong Lambung yang menjadi korban gempa dan tsunami 26 Desember 2004 mencapai 2.000-an orang. Sedangkan yang selamat kurang dari 100-an orang. Gampong Lambung berada sekitar dua kilometer dari bibir Pantai Ulee Ulee. Ketika bencana akhir 2004 itu, hanya satu rumah yang separuh bagian bangunan utuh. Sedangkan lainnya rata dengan tanah.

Aceh memiliki sebanyak 25 unit alat pendeteksi gempa dan potensi tsunami yang dalam tiga tahun terakhir ini perawatannya menjadi tanggung jawab petugas Stasiun Geofisika (Stageo) Kelas III Mata’Ie di Aceh Besar dan Stasiun Geofisika di Aceh Selatan. Ant/S-2

Redaktur: Sriyono

Penulis: Antara

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.