Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Banalitas Agama dan Pancasila

Foto : koran jakarta/ones
A   A   A   Pengaturan Font

Akibatnya, tempat ibadah pun jatuh menjadi seperti "pasar malam" untuk menyebarkan kebencian pada pihak lain. Surga dijual murah di tangan para pengkotbah yang menyebarkan kebencian (meminjam istilah Wapres Jusuf Kalla). Malah kebencian pada umat beragama lain kerap disertai dengan legitimasi seolah-olah hal itu merupakan kehendak Allah sendiri. Bahkan nama Allah pun hendak diklaim sebagai milik dari golongannya sendiri. Seolah Sang Pencipta bisa dikendalikan oleh manusia. Ini jelas amat banal.

Boleh jadi, agama-agama tengah memasuki daerah yang sangat kering baik sebagai personal concern maupun communal community. Akar masalahnya, agama-agama lebih banyak memberi perhatian pada hal-hal yang artifisial, jauh dari komitmen awal dan sejati sebagai sarana humanisasi. Begitu banyak praktik agama yang justru merendahkan martabat manusia maupun agama seperti kekerasan, intoleransi, konflik bahkan perang. Bukan kebaikan yang dilakukan, tapi keburukan, seperti melukai bahkan membunuh orang lain.

Padahal sebagaimana dianjurkan Alquran, penganut agama seharusnya berlomba-lomba berbuat kebaikan dalam menyikapi perbedaan, khususnya perbedaan agama. "Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam berbuat) kebaikan" (QS Al Baqarah : 148). Pesan-pesan kebaikan dan kebajikan ini juga ada di banyak Kitab Suci lain, seperti Injil. Sayang, yang terjadi justru sebaliknya.

Pancasila

Lalu sebagai sesama warga bangsa negeri bernama Indonesia? Mari mengingat bahwa Indonesia bukanlah negara teokrasi, meski juga bukan sekuler. Mari kembali ke nilai-nilai Pancasila. Gesekan atau konflik antarumat beragama, sebenarnya muncul karena kita melupakan Pancasila.
Halaman Selanjutnya....

Komentar

Komentar
()

Top