Jumat, 31 Jan 2025, 21:23 WIB

AS Peringatkan Risiko Tiongkok Akan Tutup Terusan Panama Jika Pecah Konflik

Orang-orang memegang bendera nasional Panama selama protes terhadap Presiden AS Donald Trump yang bermaksud merebut kembali Terusan Panama, beberapa hari sebelum kedatangan Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, di Panama City, Kamis (30/1).

Foto: Istimewa

WASHINGTON - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Marco Rubio, pada Kamis (30/1), mengataka tidak ragu sama sekali Tiongkok memiliki rencana darurat untuk menutup Terusan Panama jika terjadi konflik dengan AS, dan Washington bermaksud untuk mengatasi apa yang dilihatnya sebagai ancaman keamanan nasional.

Dikutip dari The Straits Times, hanya beberapa hari sebelum mengunjungi Amerika Tengah dalam lawatan luar negeri pertamanya sebagai diplomat tinggi AS, Rubio, dalam sebuah wawancara dengan The Megyn Kelly Show di Sirius XM, menyuarakan beberapa kekhawatiran Presiden Donald Trump mengenai pengaruh Tiongkok atas jalur perairan strategis tersebut.

Trump, dalam pidato pelantikannya pada 20 Januari, kembali menuduh Panama mengingkari janji yang dibuatnya untuk pengalihan terakhir kanal pada tahun 1999 dan menyerahkan operasinya ke Tiongkok – klaim yang dibantah keras oleh pemerintah Panama.

Saat itu ia berjanji AS akan mengambil kembali terusan itu tetapi tidak mengatakan kapan atau bagaimana.

Rubio, yang selama kariernya di Senat dikenal sebagai seorang yang agresif terhadap Tiongkok, menunjuk sebuah perusahaan yang berpusat di Hong Kong yang mengoperasikan dua pelabuhan di pintu masuk Atlantik dan Pasifik di Terusan Suez sebagai risiko bagi AS karena “mereka harus melakukan apa pun yang diperintahkan pemerintah (Tiongkok) kepada mereka”.

"Dan jika pemerintah di Tiongkok dalam suatu konflik memerintahkan mereka untuk menutup Terusan Panama, mereka harus melakukannya. Faktanya, saya tidak ragu mereka memiliki rencana darurat untuk melakukannya. Itu ancaman langsung," kata Rubio. 

Pemerintah Panama dengan keras membantah telah menyerahkan pengoperasian terusan itu kepada Tiongkok dan menegaskan mereka mengelola terusan itu secara adil untuk semua pelayaran.

Sebelumnya pada tanggal 30 Januari, Presiden Panama Jose Raul Mulino mengesampingkan pembahasan mengenai kendali atas terusan tersebut dengan Rubio saat ia mengunjungi negara tersebut. "Terusan itu milik Panama," katanya.

Meskipun terusan itu dioperasikan oleh Panama, dua pelabuhan di kedua sisinya dikelola oleh perusahaan publik Hong Kong, CK (Cheung Kong) Hutchinson, sementara pelabuhan lain di dekatnya dioperasikan oleh perusahaan swasta dari Amerika Serikat, Singapura, dan Taiwan.

Rubio tidak mengulangi janji Trump untuk merebut kembali Terusan Suez, tetapi menegaskan AS bermaksud untuk mengatasi masalah yang telah diajukan Presiden, dengan mengatakan bahwa situasi saat ini “tidak dapat dibiarkan terus berlanjut”.

"Saya berpendapat Terusan Suez sudah berada di tangan Tiongkok," katanya, sambil berharap masalah ini dapat segera diselesaikan.

Para kritikus menuduh Trump melakukan imperialisme modern dalam ancamannya atas terusan itu serta Greenland, wilayah semi-otonom Denmark, yang menyatakan retorika semacam itu dapat mendorong Russia dalam perangnya di Ukraina dan memberikan pembenaran kepada Tiongkok jika negara itu memutuskan untuk menyerang Taiwan yang memiliki pemerintahan sendiri.

Beberapa analis mempertanyakan apakah Trump serius dalam mengejar apa yang menurut para kritikus akan menjadi perampasan tanah, berspekulasi ia mungkin akan menetapkan posisi negosiasi yang ekstrem untuk mendapatkan konsesi di kemudian hari.

Redaktur: Marcellus Widiarto

Penulis: Selocahyo Basoeki Utomo S

Tag Terkait:

Bagikan: