AS Peringatkan Potensi Tumpahan Minyak di Laut Merah dari Kapal Tanker yang Diserang Houthi
Gambar yang diambil dari video yang dirilis pada tanggal 23 Agustus 2024 oleh Pusat Media Huthi Ansarullah Yaman, menunjukkan kapal tanker minyak milik Yunani, Sounion, yang dilaporkan terkena tiga proyektil pada tanggal 21 Agustus 2023.
Foto: Inquirer/AFPWASHINGTON - Amerika Serikat memperingatkan hari Sabtu (24/8) tentang potensi bencana lingkungan di Laut Merah setelah kelompok Houthi menyerang sebuah kapal tanker minyak di lepas pantai Yaman.
Kapal Sounion yang berbendera Yunani diserang pada hari Rabu (21/8) di lepas pantai kota pelabuhan Hodeida yang dikuasai Houthi. Kelompok yang didukung Iran itu mengklaim telah menyerang kapal tersebut dengan pesawat tak berawak dan rudal.
Pada hari Jumat, badan maritim UKMTO mengatakan tiga kebakaran telah terlihat di kapal, sementara sebuah video yang dirilis Houthi di media sosial diduga menunjukkan tiga ledakan di kapal.
Kapal sepanjang 274 meter itu berangkat dari Irak menuju pelabuhan dekat Athena, membawa 150.000 ton minyak mentah.
"Serangan berkelanjutan Houthi mengancam akan menumpahkan satu juta barel minyak ke Laut Merah, jumlah yang empat kali lebih besar dari bencana Exxon Valdez," kata Matthew Miller, Menteri Luar Negeri AS, dalam sebuah pernyataan pada hari Sabtu (24/8).
Tumpahan Exxon Valdez pada tahun 1989 melepaskan 257.000 barel di sepanjang pantai Alaska.
"Meskipun awak kapal telah dievakuasi, pihak Houthi tampaknya bertekad untuk menenggelamkan kapal dan muatannya ke laut," kata Miller.
Awak kapal Sounian yang terdiri dari 23 warga negara Filipina dan dua warga negara Russia diselamatkan oleh kapal misi Aspides Uni Eropa.
Misi angkatan laut juga memperingatkan bahwa kapal tak berawak tersebut merupakan "bahaya navigasi dan lingkungan."
Houthi melancarkan kampanye mereka melawan pelayaran internasional pada bulan November, dengan mengatakan hal itu dilakukan untuk mendukung Gaza di tengah perang Israel-Hamas.
Pada bulan Maret, Rubymar yang berbendera Belize dan dioperasikan oleh Lebanon menjadi kapal pertama yang menjadi sasaran tenggelamnya Huthi selama konflik tersebut.
Rubymar tenggelam di Laut Merah dengan 21.000 metrik ton pupuk amonium fosfat sulfat di dalamnya.
Kapal pengangkut barang curah milik Yunani, Tutor, yang berbendera Liberia, juga tenggelam pada bulan Juni setelah diserang oleh Huthi.
Banyak pelaut terbunuh atau terluka dalam serangan tersebut, yang telah sangat mengganggu pelayaran global.
"Melalui serangan-serangan ini, kaum Houthi telah menunjukkan dengan jelas bahwa mereka ingin menghancurkan industri perikanan dan ekosistem regional yang menjadi sandaran hidup warga Yaman dan masyarakat lain di wilayah tersebut," kata Miller, Sabtu.
"Kami menyerukan kepada Houthi untuk segera menghentikan tindakan ini dan mendesak negara lain untuk maju membantu mencegah bencana lingkungan ini," tambahnya.
Redaktur: Lili Lestari
Penulis: AFP
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Garuda Indonesia turunkan harga tiket Jayapura-Jakarta
- 2 Pemeintah Optimistis Jumlah Wisatawan Tahun Ini Melebihi 11,7 Juta Kunjungan
- 3 Dinilai Bisa Memacu Pertumbuhan Ekonomi, Pemerintah Harus Percepat Penambahan Kapasitas Pembangkit EBT
- 4 Permasalahan Pinjol Tak Kunjung Tuntas, Wakil Rakyat Ini Soroti Keseriusan Pemerintah
- 5 Meluas, KPK Geledah Kantor OJK terkait Penyidikan Dugaan Korupsi CSR BI
Berita Terkini
- Stimulasi Pemberian Kredit ke UMKM, Begini Jurus BI
- Dorong Sistem Pembayaran Inklusif, BI Hadirkan Tiga Layanan Baru BI-Fast mulai 21 Desember 2024
- Pemerintah Kukuhkan JK Sebagai Ketum, Sekjen PMI Versi Agung Laksono Tolak Surat Jawaban Kemenkum
- Hati Hati, Ada Puluhan Titik Rawan Bencana dan Kecelakaan di Jateng
- Malam Tahun Baru, Ada Pemutaran Film di Museum Bahari