Angka Kelahiran di Jepang yang Terus Turun Sangat Mengkhawatirkan
PIDATO KEBIJAKAN I PM Jepang, Fumio Kishida, menyampaikan pidato kebijakannya pada hari pertama sesi biasa di majelis rendah parlemen di Tokyo, Senin (23/1).
Foto: ISTIMEWATOKYO - Perdana Menteri Jepang, Fumio Kishida, pada Senin (23/1), menyampaikan kekhawatiran tentang angka kelahiran negara itu yang terus menurun.
"Sekarang atau tidak sama sekali terkait kebijakan mengenai kelahiran dan pengasuhan anak. Ini adalah masalah yang tidak bisa menunggu lebih lama lagi," kata Kishida dalam pidato menandai sesi parlemen yang baru.
"Jumlah kelahiran turun di bawah 800.000 tahun lalu. Jepang berada di ambang apakah kita dapat terus berfungsi sebagai masyarakat," kata Kishida dikutip dari National Review.
Sebagai perspektif, Jepang mengalami hampir dua juta kelahiran per tahun sepanjang 1970-an.
Meskipun negara kepulauan Asia ini memiliki populasi sekitar 125 juta jiwa, piramida demografisnya dengan cepat berubah menjadi abu-abu. Hanya Monaco, negara kota di French Riviera, yang memiliki proporsi penduduk berusia 65 tahun ke atas yang lebih tinggi.
Meningkatnya biaya hidup dan imigrasi yang rendah telah menghambat kemampuan Jepang untuk meningkatkan angka kelahirannya yang tertinggal. Hampir 3 persen populasi negara itu lahir di luar negeri, dibandingkan dengan lebih dari seperempat orang Amerika.
Dibentuk Badan Baru
Kishida pada Senin berjanji untuk menggandakan pengeluaran yang terkait dengan inisiatif terkait anak dan mengumumkan pembentukan badan pemerintah baru yang bertugas menangani masalah tersebut.
"Memfokuskan perhatian pada kebijakan tentang anak dan pengasuhan anak adalah masalah yang tidak bisa menunggu dan tidak bisa ditunda," ujarnya.
Demografi menggunakan pengukuran pengganti atau tingkat kesuburan, jumlah rata-rata anak yang lahir dari setiap wanita, untuk menilai kesehatan suatu masyarakat. Ketika tingkat kesuburan turun di bawah 2,1 maka masyarakat mulai menyusut.
Pada 2020, Jepang memiliki tingkat kesuburan 1,34. Pada tahun yang sama, tim peneliti memproyeksikan di Lancet bahwa populasi Jepang akan menyusut hampir di atas 50 juta pada akhir abad ini.
Jepang adalah salah satu dari daftar negara-negara Asia Timur yang terus berkembang yang diperkirakan akan menghadapi hambatan demografis yang keras selama beberapa dekade mendatang.
Pekan lalu, pemerintah Tiongkok menerbitkan data demografis yang menunjukkan populasi negara itu telah menurun dibandingkan tahun sebelumnya, untuk pertama kalinya dalam enam dekade. Berita itu mengejutkan banyak akademisi yang memproyeksikan Tiongkok tidak akan mengalami penurunan drastis seperti itu selama satu dekade lagi.
"Saya kira tidak ada satu negara pun yang tingkat kesuburannya serendah Tiongkok dan kemudian bangkit kembali ke tingkat penggantian," kata pakar demografi di University of California, Philip O'Keefe kepada New York Times.
Sementara India dilaporkan akan menjadi negara terpadat di dunia pada tahun 2023.
Redaktur: Marcellus Widiarto
Penulis: Selocahyo Basoeki Utomo S
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Garuda Indonesia turunkan harga tiket Jayapura-Jakarta
- 2 Keluarga Sido Muncul Kembangkan Lahan 51 Hektare di Semarang Timur
- 3 Kejati NTB Tangkap Mantan Pejabat Bank Syariah di Semarang
- 4 Pemerintah Diminta Optimalkan Koperasi untuk Layani Pembiayaan Usaha ke Masyarkat
- 5 Dinilai Bisa Memacu Pertumbuhan Ekonomi, Pemerintah Harus Percepat Penambahan Kapasitas Pembangkit EBT
Berita Terkini
- Status Pailit Sritex, Berikut Penjelasan BNI
- Arab Saudi: Habis Minyak Bumi, Terbitlah Lithium
- Misi Terbaru Tom Cruise: Sabotase Pasukan Jerman!
- AirNav Pastikan Kelancaran Navigasi Penerbangan Natal dan Tahun Baru 2024/2025
- Sambut Natal 2024, Bank Mandiri Bagikan 2.000 Paket Alat Sekolah hingga Kebutuhan Pokok di Seluruh Indonesia