Anggota G7 Sepakat Ambil Langkah Serius Menghadapi Tiongkok
PERTEMUAN MENLU G7 I Hari kedua pertemuan para menteri luar negeri G7 di London, Inggris, Selasa (4/5). Para menteri luar negeri G7 bertemu di London membahas sejumlah isu, termasuk bagaimana cara mencegah agresifitas Tiongkok di Indo-Pasifik.
Foto: BEN STANSALL/AFPLONDON - Para menteri luar negeri negara anggota Group of Seven (G7) memulai pertemuannya pada Senin (3/5). Pertemuan tingkat tinggi ini akan berlangsung selama tiga hari di London.
Selain membahas upaya penanggulangan pandemi virus korona, pertemuan ini juga fokus mencari cara untuk mencapai Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka.
Di luar anggota G7, perwakilan Australia, India, Korea Selatan, dan Asean turut bergabung dalam beberapa bagian pertemuan sebagai tamu.
Semua tamu tadi dianggap bisa menjadi cerminan dari kehadiran Indo-Pasifik yang terus berkembang sebagai mesin untuk pertumbuhan global.
Kelompok tujuh negara demokrasi kaya ini selama sehari akan membahas tentang pengaruh militer dan ekonomi Tiongkok yang tumbuh secara pesat. G-7 akan membahas bagaimana membentuk front bersama melawan Tiongkok yang semakin tegas.
"Bukan tujuan kami untuk mencoba mencegah atau menahan Tiongkok," kata Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, yang juga bertemu dengan Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson Selasa.
"Apa yang kami coba lakukan adalah menegakkan tatanan berbasis aturan internasional yang telah diinvestasikan begitu banyak oleh negara kami selama beberapa dekade untuk mendapatkan keuntungan, menurut saya, bukan hanya warga negara kita sendiri, tetapi juga orang di seluruh dunia termasuk, omong-omong, Tiongkok," kata Blinken.
Seorang pejabat senior AS mengatakan semua anggota G7 sepakat dan tidak ada perselisihan yang nyata dalam arti apa pun tentang ancaman Tiongkok atau masalah lainnya.
Pejabat itu mengatakan semua menteri luar negeri yang hadir menyuarakan kekhawatirannya tentang catatan hak asasi manusia Tiongkok, di tengah kemarahan atas penahanan massal Muslim Uighur, serta kebijakan ekonomi "koersif" Beijing terhadap negara lain.
Kepentingan Inggris
Inggris, yang tahun ini mendapat jatah sebagai presiden bergilir, juga berusaha untuk memperkuat hubungan dengan negara-negara di luar Uni Eropa dalam mengejar inisiatif Inggris Global setelah mereka keluar dari Uni Eropa.
Inggris juga mengajukan keanggotaan Kemitraan Trans- Pasifik, sebuah perjanjian perdagangan bebas regional, dengan mengirimkan kapal induk Queen Elizabeth dan kelompok penyerang ke Indo- Pasifik awal tahun ini.
Seperti banyak rekannya di G7, Inggris juga menyoroti manuver Tiongkok di kawasan tersebut yang semakin mencolok. Setelah pertemuan usai, kemungkinan besar semua anggota G7 sepakat untuk mengambil langkah serius terkait Tiongkok.
"Pertemuan G7 menunjukkan Inggris Global menyatukan negara-negara demokrasi terbesar di dunia untuk mengatasi tantangan bersama," ungkap Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab. n SB/AFP-P4
Berita Trending
- 1 Garuda Indonesia turunkan harga tiket Jayapura-Jakarta
- 2 Keluarga Sido Muncul Kembangkan Lahan 51 Hektare di Semarang Timur
- 3 Kejati NTB Tangkap Mantan Pejabat Bank Syariah di Semarang
- 4 Pemerintah Diminta Optimalkan Koperasi untuk Layani Pembiayaan Usaha ke Masyarkat
- 5 Dinilai Bisa Memacu Pertumbuhan Ekonomi, Pemerintah Harus Percepat Penambahan Kapasitas Pembangkit EBT
Berita Terkini
- Status Pailit Sritex, Berikut Penjelasan BNI
- Arab Saudi: Habis Minyak Bumi, Terbitlah Lithium
- Misi Terbaru Tom Cruise: Sabotase Pasukan Jerman!
- AirNav Pastikan Kelancaran Navigasi Penerbangan Natal dan Tahun Baru 2024/2025
- Sambut Natal 2024, Bank Mandiri Bagikan 2.000 Paket Alat Sekolah hingga Kebutuhan Pokok di Seluruh Indonesia