Afrika Sub-Sahara Sumbang Kematian Anak Tertinggi di Dunia
Ilustrasi.
Walau sangat tidak adil, anak-anak terus menghadapi peluang bertahan hidup yang sangat berbeda berdasarkan tempat mereka dilahirkan. United Nations Inter-agency Group for Child Mortality Estimation (UN IGME) melaporkan, anak-anak yang lahir Afrika sub-Sahara dan Asia Selatan menghadapi resiko kematian terbesar dibandingkan wilayah lainnya di dunia.
Anak-anak yang lahir di Afrika sub-Sahara memiliki risiko kematian anak tertinggi di dunia. Meskipun Afrika sub-Sahara hanya menyumbang 29 persen dari angka kelahiran hidup global, sebanyak 56 persen dari semua kasus kematian balita di dunia pada tahun 2021 terjadi di daerah itu. Sementara, Asia Selatan menyumbang 26 persen dari total. UNICEF sendiri mencatat 1 dari 9 anak di Afrika sub-Sahara meninggal sebelum mencapai usia lima tahun. Angka ini lebih dari 16 kali lipat lebih tinggi daripada daerah maju.
Sebagai informasi, Afrika Sub-Sahara secara geografis termasuk wilayah benua Afrika yang terletak di sebelah selatan Sahara. Ini termasuk Afrika Barat, Afrika Timur, Afrika Tengah, dan Afrika Selatan. Sedangkan, Asia Selatan terdiri dari negara-negara Afganistan, Bangladesh, Bhutan, India, Maladewa, Nepal, Pakistan, dan Sri Lanka.
"Sangat tidak adil bahwa peluang seorang anak untuk bertahan hidup dapat ditentukan hanya oleh tempat kelahirannya, dan ada ketidaksetaraan yang begitu besar dalam akses mereka ke layanan kesehatan yang menyelamatkan jiwa," kata Anshu Banerjee, Direktur Kesehatan Ibu, Bayi, Anak dan Remaja di Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
UNICEF mencatat pneumonia, malaria, dan diare menyumbang 36 persen dari semua kematian balita di Afrika pada tahun 2016. Afrika sub-Sahara sendiri memiliki beban malaria terbesar secara global dengan sekitar 95 persen kasus dan kematian. Dengan kata lain, hampir semua dari 500.000 kasus kematian balita akibat malaria di dunia terjadi di Afrika sub-Sahara. Sayangnya, Afrika tidak memiliki banyak pilihan untuk obat malaria. Saat ini, wilayah itu hanya memiliki terapi kombinasi berbasis artemisinin (ACT) untuk malaria tanpa komplikasi.
Sementara itu, diare telah menyebabkan sekitar 11 persen kematian balita di seluruh dunia, dengan sembilan per sepuluh dari kematian ini terjadi di Afrika sub-Sahara. Di wilayah itu, 165 juta anak di bawah usia 5 tahun juga dilaporkan mengalami stunting karena gizi buruk selama seribu hari pertama kehidupan. Walau, angka stunting di Afrika sub-Sahara telah menurun dari 47 persen pada tahun 1990 menjadi 40 persen pada tahun 2011, namun prevalensinya masih tetap tinggi.
Melansir laman resmi WHO, para ibu di kedua wilayah ini juga menanggung rasa sakit kehilangan bayi, termasuk lahir mati pada tingkat yang luar biasa. Setidaknya, 77 persen dari semua kelahiran mati pada tahun 2021 terjadi di Afrika sub-Sahara dan Asia Selatan. Hampir setengah dari semua angka kematian selama persalinan di dunia juga terjadi di sub-Sahara Afrika. Risiko seorang wanita untuk kehilangan bayi mereka selama proses persalinan di Afrika sub-Sahara bahkan tercatat tujuh kali lebih besar daripada di Eropa dan Amerika Utara.
"Anak-anak di mana pun membutuhkan sistem perawatan kesehatan primer yang kuat yang memenuhi kebutuhan mereka dan keluarga mereka, sehingga di mana pun mereka dilahirkan, mereka memiliki awal yang terbaik dan harapan untuk masa depan," ujar Banerjee.
Editor : Fiter Bagus
Komentar
()Muat lainnya