Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

5 Seragam Olimpiade Paris 2024 yang Menarik Perhatian Dunia

Foto : The Conversation/Michel&Amazonka

Seragam pembukaan Olimpiade tim Mongolia.

A   A   A   Pengaturan Font

Treena Clark, University of Technology Sydney

Fesyen memiliki banyak fungsi: bersifat praktis, komunikatif, komersial, dan kompetitif.

Pada Olimpiade Paris 2024 kali ini, beberapa negara memiliki seragam yang berbeda-beda untuk upacara pembukaan dan penutupan, podium, media, dan acara olahraga. Beberapa di antaranya menceritakan kisah-kisah negara mereka, baik secara halus maupun terang-terangan. Ada juga yang terinspirasi dari gaya Paris sebagai kota tuan rumah.

Beberapa negara menggunakan teknologi terkini untuk memproduksi kain yang berkelanjutan atau bahan daur ulang. Sementara beberapa yang lain menggunakan desainer dan merek terkenal untuk membuat seragam resmi mereka.

Satu-satunya kesamaan yang mereka miliki adalah bahwa setiap seragam mewakili negara mereka dan mengomunikasikan kehadiran dan esensi nasional mereka.

Saya telah mempertimbangkan lima seragam upacara pembukaan dan penutupan terbaik. Negara-negara dengan merek fesyen terkenal tak masuk daftar favorit; pilihan saya lebih didasarkan pada cerita desain, makna, dan estetika keseluruhan. Lima seragam terbaik ini membangkitkan ekspresi kreatif kebanggaan nasional yang selaras dengan sudut pandang dan preferensi saya terhadap fesyen dan gaya.

Haiti

Seragam upacara pembukaan Haiti, yang dibuat oleh desainer Haiti-Italia Stella Jean, mewakili dan memamerkan keindahan, kekuatan, dan keterampilan Haiti.

Ini termasuk karya pelukis Haiti Philippe Dodard pada rok panjang model A untuk perempuan dan celana panjang serta syal untuk laki-laki, yang dipadukan secara brilian dengan lapisan biru dan putih.

Para perempuan mengenakan kemeja chambray tenun, yang mewakili tradisi Haiti dalam produksi chambray. Kain daur ulang menjadi dasar blazer putih lengan pendek untuk perempuan, yang menampilkan lambang Olimpiade Haiti.

Jaket biru laki-laki terinspirasi oleh kemeja Haiti, Guayabera, yang merupakan ciri khas desainer dan pakaian umum Haiti. Jaket ini menampilkan lambang Olimpiade Haiti dan bagian dalam kemeja bergaris biru.

Mongolia

Seragam upacara pembukaan dan penutupan Mongolia dibuat oleh label fesyen milik tiga bersaudara Michel&Amazonka. Setiap seragam, yang rata-rata dibuat selama 20 jam, menggabungkan berbagai motif budaya dan bertema Olimpiade.

Detail rumit ini mencakup lambang Mongolia, "Soyombo"; motif Paris dan Olimpiade, seperti obor dan cincin Olimpiade; serta lanskap pegunungan dan awan.

Empat seragam upacara pembukaan dan penutupan yang berbeda dirancang untuk pembawa bendera dan atlet laki-laki dan perempuan. Pembawa bendera mengenakan kaftan yang terinspirasi dari adat istiadat dan ikat pinggang; sementara para atlet mengenakan celana panjang dan rok.

Keempatnya menampilkan rompi bersulam, dengan para laki-laki mengenakan rompi biru dan para perempuan mengenakan rompi putih. Rompi-rompi tersebut bertuliskan "Tim Go Mongolia" di bagian depan dan tengah.

Kanada

Seragam buatan lululemon Kanada dirancang setelah berkonsultasi dengan 19 atlet Olimpiade dan Paralimpiade di 14 cabang olahraga yang berbeda.

Kebanggaan nasional ditetapkan sebagai prioritas utama dan tampak jelas dalam seragam. Prioritas lainnya adalah kepraktisan, keingintahuan, dan kenyamanan.

Pada seragam upacara pembukaan, merek tersebut mendesain khusus motif yang mewakili seni, desain, dan lingkungan Kanada.

Seragam upacara penutupan yang indah menampilkan motif seniman penduduk asli Kanada atau First Nations (Saddle Cree) Mason Mashon yang terinspirasi dari cahaya utara (aurora).

Setiap seragam dibuat agar nyaman, termasuk ponco hujan yang dapat dilipat, jaket bomber dengan tali bagian dalam yang berfungsi sebagai ransel darurat, dan kemeja anti air.

Irlandia

Kreasi desainer Laura Weber yang dikenakan Irlandia dalam upacara pembukaan dan penutupan sarat dengan simbolisme dan keberlanjutan.

Berbasis di New York, desainer tersebut menciptakan seragam yang membuat para atlet merasakan pengalaman terbaik, nyaman dengan bahannya, dan merayakan budaya Irlandia mereka.

Kain berkelanjutan yang terbuat dari kaus daur ulang dan botol PET (taffeta ECO-Hybrid) menarik kelembapan dari kulit.

Berbeda dengan warna hijau yang mencolok, estetika seragamnya adalah putih bersih dengan sulaman halus yang ditampilkan di seluruh bagian.

Sulaman bordir tersebut meliputi bendera Irlandia pada pinggiran celana, bros shamrock buatan tangan pada kerah jaket, huruf-huruf yang ditulis tangan dengan ejaan Irlandia, dan tambalan khusus yang mewakili lambang negara masing-masing atlet.

Chinese Taipei/Taiwan

Seragam upacara Taiwan, yang disebut oleh Komite Olimpiade Internasional sebagai Chinese Taipei, melambangkan bahan ramah lingkungan dan warisan budaya. Dirancang oleh pendiri Just In XX, Justin Chou, bahan yang elastis dan bertekstur ini melambangkan lautan, kota, dan pegunungan Taiwan.

Pakaian ini terbuat dari bahan yang mendinginkan tubuh saat terkena air atau keringat.

Kolaborasi dengan perajin Yen Yu-Ying menghasilkan atasan sepatu yang terbuat dari anyaman kulit pisang. Lin Pei-ying membuat bunga plum buatan tangan, bunga nasional Taiwan, dan bunga rapeseed untuk menghiasi mantel.

Seniman abstrak Lin Guo-Qing menciptakan motif untuk kemeja dan syal. Dirancang dengan warna merah, putih, dan biru, teks berulang dalam pola garis silang bertuliskan Chinese Taipei dan, jika dibalik, Jiayou, yang berarti ekspresi dukungan.

Upacara yang dinanti

Seragam ini diperuntukkan bagi para atlet agar dapat menampilkan kemampuan terbaiknya, merasa bangga terhadap pakaian nasionalnya, dan merasa benar-benar mewakili negaranya.

Semua seragamnya menawan, entah itu sederhana, elegan, inovatif, praktis, unik, atau futuristik.

Saya tertarik dengan proses desain dan kisah seragam dari kelima negara ini. Menerjemahkan desain suatu negara melalui fesyen olahraga merupakan tantangan yang cukup besar-dan negara-negara ini telah berhasil mengatasinya.The Conversation

Treena Clark, Chancellor's Indigenous Research Fellow, Faculty of Design, Architecture and Building, University of Technology Sydney

Artikel ini terbit pertama kali di The Conversation. Baca artikel sumber.


Redaktur : -
Penulis : -

Komentar

Komentar
()

Top