Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

3 Strategi Kurangi Jejak Karbon Pertambangan Mineral Kritis Indonesia

Foto : The Conversation/Pixabay/Herbert2512

Praktik pertambangan maupun pengolahan mineral masih memunculkan emisi yang berisiko mengotori atmosfer.

A   A   A   Pengaturan Font

Pada 2021, Indonesia menghasilkan sekitar 2 juta ton limbah elektronik, yang berasal dari komputer maupun ponsel rusak terbanyak di Asia Tenggara.

Dalam limbah elektronik tersebut, terdapat berbagai logam berharga yang dapat dimanfaatkan kembali melalui daur ulang. Misalnya, satu ton limbah ponsel setidaknya mengandung 317,5 gram emas, 2,84 kg perak, dan 156 kg tembaga.

Secara ekonomi, pemulihan logam dari limbah elektronik dinilai menguntungkan sebab biaya dan ongkos sosialnya diperkirakan lebih rendah dibandingkan penambangan mineral dari bawah tanah. Namun, proses daur ulang harus efisien dan ramah lingkungan untuk memastikan dampak ke lingkungan seminimal mungkin.

Hal ini menjadi tantangan besar. "Penambangan" elemen berharga dari limbah elektronik yang terdiri dari campuran berbagai komponen yang kompleks dan berbahaya sangat rumit. Pengembangan proses pemulihan komponen logam dari limbah elektronik perlu mempertimbangkan aspek efisiensi energi, emisi gas rumah kaca, dan lingkungan.

Proses daur ulang ini harus memiliki efisiensi energi yang tinggi dan tingkat emisi gas rumah kaca yang lebih rendah dibandingkan proses produksi dari mineral bawah tanah agar berdampak positif ke lingkungan. Selain itu, pihak pengolah harus mencegah pencemaran bahan berbahaya dan beracun seperti logam berat, polivinil klorida (PVC), dan bifenil poliklorinasi (PCB) dalam proses daur ulang.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : -
Penulis : -

Komentar

Komentar
()

Top