Koran-jakarta.com || Jum'at, 10 Nov 2023, 02:50 WIB

Blinken: Hubungan Militer Korut-Russia Makin Berbahaya

  • Konflik Semenanjung Korea

SEOUL - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Antony Blinken, pada Kamis (9/11) memperingatkan bahwa hubungan militer antara Korea Utara (Korut) dan Russia semakin berkembang dan berbahaya, dan meminta Tiongkok untuk menahan Pyongyang.

Blinken: Hubungan Militer  Korut-Russia Makin Berbahaya

Ket. Konferensi Pers Bersama I Menlu AS, Antony Blinken (kiri) didampingi Menlu Korsel, Park Jin, saat berbicara dalam konferensi pers bersama di kantor Kementerian Luar Negeri Korsel di Seoul pada Kamis (9/11). Pada konferensi pers itu, Menlu Blinken mengatakan bahwa hubungan militer antara Korut dan Russia semakin berkembang dan berbahaya.

Doc: AFP/JUNG YEON-JE Blinken: Hubungan Militer  Korut-Russia Makin Berbahaya

AS, Korea Selatan (Korsel), dan Jepang, dalam beberapa pekan terakhir berulang kali mengkritik Korut karena membantu Russia melancarkan perang di Ukraina, dan Seoul mengatakan Pyongyang mendapatkan teknologi luar angkasa sebagai imbalan atas senjata dan amunisi.

Blinken berada di Seoul setelah pertemuan para menteri luar negeri G7 di Jepang, dan bertemu dengan Presiden Korsel, Yoon Suk-yeol, serta pejabat tinggi lainnya pada Kamis.

"AS dan Korsel sama-sama merasakan keprihatinan yang mendalam mengenai kerja sama militer Korut yang semakin berkembang dan berbahaya dengan Russia," kata Blinken dalam konferensi pers dengan rekannya dari Korsel, Menlu Park Jin.

"Kami melihat Korut menyediakan peralatan militer kepada Russia untuk melakukan agresi di Ukraina, dan kami juga melihat Russia menyediakan teknologi dan dukungan kepada Korut untuk program militernya sendiri," imbuh Menlu AS.

Russia dan Korut saat ini sama-sama berada di bawah sanksi internasional dengan Moskwa terkena sanksi karena invasi ke Ukraina dan Pyongyang karena program senjata nuklir dan misilnya.

Kerja sama militer yang semakin meningkat telah menjadi sumber kekhawatiran bagi Ukraina dan sekutunya, terutama setelah pertemuan puncak pemimpin Korut, Kim Jong-un, dengan Presiden Russia Vladimir Putin pada September lalu.

Korsel mengatakan Pyongyang menyediakan senjata sebagai imbalan atas teknologi luar angkasa Russia sehingga bisa menempatkan satelit mata-mata militer di orbit. Kremlin bulan lalu mengatakan tidak ada bukti Korut mengirimkan senjata ke Russia.

Blinken juga meminta Tiongkok, sekutu utama Korut, untuk berperan dalam mengekang program senjata Pyongyang, termasuk peluncuran misil yang tidak bertanggung jawab. "Tiongkok memiliki hubungan yang unik dengan Korut," kata Blinken. "Sebagai hasil dari hubungan tersebut, hal ini mempunyai pengaruh yang nyata dan kami berharap Tiongkok dapat menggunakan pengaruh tersebut untuk memainkan peran konstruktif dalam menarik Korut kembali dari perilaku yang tidak bertanggung jawab dan berbahaya ini," imbuh dia.


Aliansi yang Ditingkatkan

Korsel telah meningkatkan kerja sama keamanan dengan AS di bawah pemerintahan Presiden Yoon, dalam menghadapi meningkatnya ancaman dari Korut. Hal ini termasuk latihan militer skala besar yang melibatkan ribuan tentara dan aset strategis termasuk pesawat bomber jarak jauh AS.

Bulan lalu, sebuah pesawat bomber B-52 milik Angkatan Udara AS yang berkemampuan nuklir melakukan pendaratan yang jarang terjadi di Korsel, kurang dari sepekan setelah kunjungan kapal induk bertenaga nuklir AS.

"Kunjungan Blinken adalah bukti lebih lanjut dari penguatan aliansi bilateral," kata Leif-Eric Easley, profesor di Universitas Ewha di Seoul. AFP/I-1

Tim Redaksi:
A
I

Like, Comment, or Share:


Artikel Terkait