Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

2 Misinformasi yang Perlu Diluruskan Terkait Nyamuk Wolbachia Pengendali DBD

Foto : The Conversation

Petugas menitipkan ember berisi telur nyamuk ber-Wolbachia di rumah ‘orang tua asuh’ nyamuk di Yogyakarta.

A   A   A   Pengaturan Font

Sekitar setengah dari 7,8 miliar populasi dunia berisiko terkena penyakit yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti ini.

Di Indonesia, data Kementerian Kesehatan per Oktober 2023 mencatat ada 57.884 kasus DBD dengan angka kematian mencapai 422 kasus. Setiap tahun angka kematian berfluktuasi, dan yang tertinggi dalam 10 tahun terakhir terjadi pada 2016 yang mencatatkan 1.598 kematian.

Selain kesakitan dan kematian, penyakit ini juga menghabiskan biaya berobat Rp883 juta-3,7 miliar per bulan pada 2020. Kerugian ekonomi di masyarakat berkisar US$969 juta (Rp15,3 triliun).

Sejauh ini program intervensi untuk mengendalikan DBD masih bergantung pada cara konvensional. Cara itu meliputi mendorong perubahan perilaku masyarakat untuk mencegah gigitan nyamuk dan mengendalikan jumlah nyamuk (vektor) dengan memberantas tempat berkembangbiaknya dan membersihkan lingkungan dari genangan air (3M: menguras, menutup, mengubur) atau membunuh nyamuk dewasa dengan pengasapan (foging) menggunakan insektisida.

Teknologi Wolbachia digunakan untuk melengkapi program pengendalian DBD yang sudah berjalan, sehingga bisa kita sebut program 3M plus Wolbachia. Wolbachia adalah bakteri alami yang terdapat di sebagian besar serangga di sekitar kita. Keberadaan bakteri ini pada lalat buah (Drosophila melanogaster) dapat mengurangi umur lalat buah.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : -
Penulis : -

Komentar

Komentar
()

Top