WHO : Jangan Gunakan Pemanis Rendah Kalori untuk Menurunkan Berat Badan
Pemanis rendah kalori kerap dikaitkan dengan serangan jantung dan stroke
Foto: IstimewaJENEWA - Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) baru-baru ini mengeluarkan rekomendasi untuk menghindari bahan makanan pengganti gula untuk menurunkan berat badan.
Dilansir oleh Cable News Network (CNN), badan kesehatan global itu mengatakan, kajian ilmiah yang dilakukan menunjukkan bahwa penggunaan pemanis non-gula atau
non-sugar sweeteners (NSS), "tidak memberikan manfaat jangka panjang dalam mengurangi lemak tubuh pada orang dewasa atau anak-anak".
Kajian tersebut juga menunjukkan bahwa mungkin ada "potensi efek yang tidak diinginkan" dari penggunaan pengganti gula dalam jangka panjang seperti peningkatan risiko diabetes tipe 2 dan penyakit kardiovaskular.
- Baca Juga: Gara-gara Pernyataan Bos The Fed Ini, Bitcoin Anjlok
- Baca Juga: Bar di Vietnam Kebakaran, 11 Orang Tewas
"Mengganti gula dengan NSS tidak membantu pengendalian berat badan dalam jangka panjang. Orang perlu mempertimbangkan cara lain untuk mengurangi asupan gula bebas, seperti mengonsumsi makanan dengan gula alami, seperti buah, atau makanan dan minuman tanpa pemanis," kata Direktur Nutrisi dan Keamanan Pangan WHO, Francesco Branca, dalam sebuah pernyataan.
"NSS bukanlah faktor diet esensial dan tidak memiliki nilai gizi. Orang-orang harus mengurangi makanan manis sama sekali, sejak dari awal untuk meningkatkan kesehatan mereka," tegasnya.
Rekomendasi tersebut termasuk pemanis sintetis rendah atau tanpa kalori, dan ekstrak alami, yang mungkin tidak dimodifikasi secara kimia, seperti acesulfame K, aspartame, advantame, cyclamates, neotame, sakarin, sukralosa, stevia, dan turunan stevia.
WHO mengatakan, rekomendasinya berlaku untuk semua orang kecuali mereka yang menderita diabetes yang sudah ada sebelumnya.
Sebanyak 283 studi menjadi bagian dalam kajianb WHO tersebut. Badan itu mengatakan bahwa rekomendasi itu "bersyarat" karena hubungan yang teridentifikasi antara pemanis dan hasil penyakit mungkin dikacaukan oleh pola penggunaan pemanis yang rumit dan karakteristik peserta penelitian.
"Ini menandakan bahwa keputusan kebijakan berdasarkan rekomendasi ini mungkin memerlukan diskusi substantif dalam konteks negara tertentu, misalnya terkait dengan tingkat konsumsi dalam kelompok usia yang berbeda," kata rilis tersebut.
Pemanis non-gula banyak digunakan sebagai bahan makanan dan minuman kemasan dan terkadang juga ditambahkan ke makanan dan minuman langsung oleh konsumen.
WHO mengeluarkan pedoman tentang asupan gula pada 2015, merekomendasikan agar orang dewasa dan anak-anak mengurangi asupan gula bebas harian hingga kurang dari 10 persen dari total asupan energi mereka. Menyusul rekomendasi itu, minat terhadap alternatif gula semakin meningkat, kata tinjauan tersebut.
Redaktur: Selocahyo Basoeki Utomo S
Penulis: Selocahyo Basoeki Utomo S
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Garuda Indonesia turunkan harga tiket Jayapura-Jakarta
- 2 Keluarga Sido Muncul Kembangkan Lahan 51 Hektare di Semarang Timur
- 3 Kejati NTB Tangkap Mantan Pejabat Bank Syariah di Semarang
- 4 Pemerintah Diminta Optimalkan Koperasi untuk Layani Pembiayaan Usaha ke Masyarkat
- 5 Dinilai Bisa Memacu Pertumbuhan Ekonomi, Pemerintah Harus Percepat Penambahan Kapasitas Pembangkit EBT
Berita Terkini
- Status Pailit Sritex, Berikut Penjelasan BNI
- Arab Saudi: Habis Minyak Bumi, Terbitlah Lithium
- Misi Terbaru Tom Cruise: Sabotase Pasukan Jerman!
- AirNav Pastikan Kelancaran Navigasi Penerbangan Natal dan Tahun Baru 2024/2025
- Sambut Natal 2024, Bank Mandiri Bagikan 2.000 Paket Alat Sekolah hingga Kebutuhan Pokok di Seluruh Indonesia