Waspadai Dampak Depresiasi Rupiah pada APBN
Sedangkan dari eksternal berupa ekspektasi kenaikan suku bunga The Federal Reserves yang lebih agresif akan semakin menguatkan dollar AS.
Suku bunga The Fed diperkirakan kembali dinaikkan pada Juni mendatang. Meskipun pemerintah dan BI selama ini selalu berdalih bahwa pelemahan rupiah hanya bersifat sementara dan mata uang RI akan menguat kembali, namun data menunjukkan fakta yang berlawanan.
Berdasarkan kurs tengah BI, rupiah sejak menyentuh posisi terkuat, pada 2 Agustus 2011 di level 8.460 rupiah per dollar AS, hingga kini konsisten melemah. Bahkan, tidak pernah mendekati titik tertinggi tersebut.
Menanggapi depresiasi rupiah itu, ekonom Universitas Brawijaya Malang, Candra Fajri Ananda, mengemukakan pelemahan ini menandakan nilai tukar mata uang RI tersebut sudah tidak sesuai dengan asumsi makro ekonomi dalam APBN 2018 yang dipatok 13.400 rupiah per dollar AS.
"Subsidi terutama impor minyak dulu dihitung 13.500 rupiah menjadi 14.000 rupiah per dollar AS. Ini artinya belanja subsidi membengkak. Kalau belanja itu membengkak, kemudian penerimaan negara tetap maka defisit anggaran akan mendekati angka 3 persen, itu bahaya untuk APBN," kata Candra, di Jakarta, Selasa (8/5).
Halaman Selanjutnya....
Komentar
()Muat lainnya