Waspada Terorisme di Medsos, ‘Echo Chamber’ Memperparah Penyebaran Radikalisme
Ilustrasi media sosial.
Pada tahun 2017, terdapat sebuah penelitian terhadap 22.000 akun twitter yang dianalisa perilaku bermedia sosialnya terhadap ISIS. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa media sosial berperan penting dalam proses radikalisasi dengan menciptakan Echo Chamber yang mendukung konten ekstremisme.
Platform seperti Twitter menjadi celah bagi kelompok teroris untuk menyebarkan propaganda dan merekrut anggota baru melalui komunitas online yang tertutup dan seragam. Dalam komunitas ini, ide-ide radikal semakin diperkuat, yang berpotensi mendorong tindakan kekerasan yang lebih nyata.
Algoritme media sosial semakin memperparah situasi ini dengan menciptakan lingkungan yang hanya memperlihatkan individu pada pandangan yang serupa dengan keyakinan mereka. Jika algoritme tersebut menyarankan konten-konten ekstremisme dan radikal, hampir pasti echo chamber yang tercipta akan membuat individu terus terpapar pada konten sejenis, sehingga perspektif alternatif menjadi terabaikan.
Echo chamber terbukti telah berkontribusi pada beberapa kasus yang melibatkan terduga pelaku terorisme. Dalam kurun waktu 2006-2021, telah terjadi 13 aksi teror lone wolf (pelaku tunggal serangan teror tanpa arahan/koordinasi). Dari 13 kasus, tujuh di antaranya menunjukkan pelaku terpapar oleh propaganda kelompok teror melalui konten media sosial.
Rekomendasi untuk 'stakeholder' terkait
Halaman Selanjutnya....
Redaktur : -
Komentar
()Muat lainnya