Senin, 25 Nov 2024, 02:59 WIB

Wapres Duterte Ancam Bunuh Presiden Marcos Jr

Para pengunjuk rasa membawa poster bergambarkan Presiden Filipina, Ferdinand Marcos Jr (kiri), sedang bertikai dengan Wakil Presiden Sara Duterte ketika terjadi sebuah aksi demonstrasi yang bertepatan dengan acara pidato kenegaraan di Manila pada Juli.

Foto: AFP/TED ALJIBE

MANILA - Pasukan pengamanan Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr telah meningkatkan protokol kesiagaan setelah apa yang disebut kantornya adanya ancaman aktif terhadap nyawanya oleh Wakil Presiden Sara Duterte, kata istana kepresidenan pada Sabtu (23/11).

Pernyataan itu menyusul konferensi pers yang penuh umpatan di mana Wapres Duterte menuduh dirinya telah menjadi target rencana pembunuhan dan mengatakan ia telah memerintahkan seorang anggota tim keamanannya untuk membunuh presiden, jika rencana pembunuhan terhadap dirinya berhasil.

Keluarga Duterte dan Marcos telah menyaksikan aliansi mereka hancur secara spektakuler dalam beberapa bulan terakhir, saling tuding mengenai kecanduan narkoba dan retorika yang semakin ekstrem menjelang pemilihan paruh waktu tahun depan dan pemilihan presiden tahun 2028.

“Saya sudah bicara dengan seseorang yang saya percaya. Saya katakan kepadanya, jika saya terbunuh, bunuh saja BBM (Ferdinand “Bong-Bong” Marcos Jr), (Ibu Negara) Liza Araneta, dan (sepupu presiden/ketua DPR) Martin Romualdez. Saya tidak main-main,” kata Duterte dalam konferensi pers yang dimulai setelah tengah malam. “Kubilang, kalau aku mati, jangan berhenti sebelum kau membunuh mereka,” tegas dia.

Beberapa jam kemudian, kantor komunikasi istana mengatakan pihaknya telah merujuk ancaman aktif ini ke komando keamanan presiden untuk tindakan tepat segera.

“Setiap ancaman terhadap nyawa presiden harus selalu ditanggapi dengan serius, terlebih lagi ancaman tersebut telah diungkapkan ke publik dengan jelas dan pasti,” kata kantor tersebut dalam sebuah pernyataan.

Pada Minggu (24/11) Dewan Keamanan Filipina akan memverifikasi dugaan ancaman pembunuhan oleh Wapres Duterte terhadap PresidenMarcos Jr, kata seorang pejabat tinggi yang menggambarkan hal inisebagai sebuah masalah keamanan nasional.

“Setiap dan semua ancaman terhadap kehidupan presiden harus divalidasi dan dianggap sebagai masalah keamanan nasional,” ucapPenasihat Keamanan Nasional, Eduardo Ano.

Sedangkan kantor komunikasi kepresidenan yang mengutip keterangan dari Kementerian Kehakiman mengatakan bahwa ancaman Duterte kini sedang diselidiki dan dapat mengarah pada tuntutan. “Jika bukti-bukti mendukung, ini bisa mengarah pada penuntutan,” kata kantor tersebut dalam sebuah pernyataan.

Pemakzulan

Wapres Duterte menghadapi ancaman pemakzulan di DPR, yang dipimpin oleh sepupu Marcos Jr, Romualdez, yang secara luas diperkirakan akan mencalonkan diri sebagai presiden pada2028.

Dia juga berselisih paham dengan istri presiden, Liza Araneta-Marcos, yang menuduh telah menertawakannya suatu acara padaJanuari ketika ayahnya, mantan presiden Rodrigo Duterte, menuduh Marcos Jr sebagai pecandu narkoba.

Duterte mengadakan konferensi pers larut malam setelah pejabat DPR mengatakan mereka akan memindahkan kepala stafnya yang ditahan setelah dinyatakan melakukan penghinaan terhadap pengadilan, dari pusat penahanan majelis rendah ke fasilitas pemasyarakatan.

Zuleika Lopez ditahan pada Rabu (20/11) pekan lalu setelah dituduh melakukan campur tangan yang tidak semestinya dalam proses DPR yang berfokus pada pengeluaran dana publik oleh Duterte, setelah sebelumnya ketua DPR yang juga sepupu Presiden Marcos yaitu Martin Romualdez memangkas anggaran kantor wakil presiden hampir dua pertiga.

Duterte mengundurkan diri dari jabatan menteri pendidikan pada Juni lalu ketika hubungan antara kedua keluarga mencapai titik kritis.

Beberapa bulan sebelumnya, ayahnya menuduh Marcos Jr sebagai pecandu narkoba, dan keesokan harinya presiden mengklaim kesehatan pendahulunya menurun karena penggunaan jangka panjang obat opioid, walau keduanya tidak memberikan bukti atas tuduhan itu.

Pada bulan Oktober, Duterte mengatakan dia merasa dimanfaatkan setelah bekerja sama dengan Marcos Jr dalam pemilihan umum Mei 2022, yang mereka menangkan dengan telak.

Di masa lalu, pernah terjadi aksi kekerasan politik di Filipina dimana seorang senator yang menentang keras pemerintahan Marcos senior yaitu Benigno Aquino, tewas ditembak saat ia keluar dari pesawatnya setelah tiba di Filipina dari pengasingan politik pada 1983.  AFP/ST/I-1

Redaktur: Ilham Sudrajat

Penulis: Antara

Tag Terkait:

Bagikan: