Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2025 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Sabtu, 22 Feb 2025, 02:30 WIB

Upaya Terobosan bagi Penyelamatan Dua Badak Putih yang Tersisa di Bumi

Pawang badak Zacharia Mutai, membelai Najin, salah satu dari dua badak putih utara terakhir di dunia di konservasi Ol Pejeta, Laikipia, Kenya, pada awal Februari lalu. Para ilmuwan saat ini sedang berupaya keras untuk menyelamatkan subspesies badak putih

Foto: AFP/SIMON MAINA

Sepasang badak terlihat asyik mengunyah rumput dengan tenang saat matahari terbit di atas Gunung Kenya, tidak menyadari upaya global besar-besaran untuk mencegah mereka menjadi yang terakhir dari jenisnya.

Najin dan putrinya, Fatu, adalah satu-satunya badak putih utara yang tersisa di Bumi. Waktu terus berjalan sebelum mereka menjadi yang terakhir dalam serangkaian hewan yang diburu manusia hingga punah.

Namun terobosan terkini berarti tahun ini bisa menjadi tahun dunia merayakan janin badak putih utara baru. Ini akan menjadi momentum kembalinya subspesies yang belum pernah terjadi sebelumnya, yang dinyatakan punah secara fungsional setelah kematian jantan terakhir, Sudan, pada tahun 2018.

Masalah rahim menyebabkan putri Sudan, Najin, dan cucunya, Fatu, tidak dapat melanjutkan kehamilannya hingga tuntas. Namun Fatu masih menghasilkan sel telur yang layak, yang membuatnya menjadi kandidat untuk fertilisasi in-vitro (IVF).

Selama bertahun-tahun, para ilmuwan telah mengumpulkan telur badak di Ol Pejeta Conservancy di Kenya, tempat badak-badak tersebut dijaga selama 24 jam. Telur-telur tersebut dikirim ke Eropa untuk dibuahi di laboratorium dengan sperma dari badak putih utara jantan yang telah mati.

Kini ada 36 sel telur yang telah dibuahi atau embrio yang siap untuk ditanamkan, ucap Jan Stejskal, koordinator proyek BioRescue, yang merupakan inisiatif paling terkemuka dari banyak inisiatif semacam itu di seluruh dunia.

Fatu diperkirakan dapat menghasilkan sekitar 10 telur lagi sebelum ia terlalu tua.

“Kami berharap dapat mencapai kehamilan pertama yang berhasil dengan embrio badak utara tahun ini,” kata Stejskal. “Tapi saya tidak bisa menjanjikannya,” imbuh dia.

Rencananya adalah menggunakan badak putih selatan betina, subspesies yang berkerabat dekat, sebagai pengganti.

Setahun lalu, para ilmuwan mengumumkan sebuah terobosan: seorang ibu pengganti mengandung janin jantan berkulit putih selatan, pertama kalinya IVF berhasil pada badak. “Namun seperti banyak hal dalam proses yang panjang dan sulit ini, kegembiraan itu bercampur dengan kesedihan,” kata kepala penelitian Ol Pejeta, Samuel Mutisya, kepada AFP.

Pada saat janin berukuran 6,4 sentimeter dan berusia 70 hari, ibu pengganti ditemukan telah meninggal karena infeksi bakteri yang tidak terkait. Yang lebih buruk lagi, seekor jantan yang disterilkan yang berperan sebagai jantan penggoda yang berperan untuk membantu mengidentifikasi saat betina siap untuk hamil, juga mati akibat infeksi dan mencari penggantinya terbukti sulit.

Oleh karenanya saat ini tim ilmuwan bertekad untuk mencoba lagi, kali ini dengan embrio putih utara.

Peluang Terbaik

Walau begitu masihada jalan lain, termasuk upaya oleh ilmuwan Jepang dengan menggunakan sel punca untuk menciptakan telur dan sperma badak putih utara.Hal ini dapat meningkatkan jumlah embrio secara dramatis dan menciptakan kumpulan gen yang lebih luas untuk inseminasi di masa mendatang.

“Upaya sel punca sudah mencapai setengah jalan,” kata Stejskal seraya memperkirakan mereka dapat menghasilkan embrio dalam waktu sekitar empat tahun.

Sementara itu, inisiatif lain di Universitas Oxford mencoba menggunakan jaringan ovarium dari badak yang mati untuk menghasilkan sel telur. Ini dapat berarti bahwa bahkan setelah Najin, 35 tahun, dan Fatu, 24 tahun, mati, para ilmuwan dapat mengambil sel telur yang belum matang dari indung telur mereka.

Dr Suzannah Williams, seorang peneliti yang memimpin upaya tersebut, mengatakan bahwa peluang terbaiknya adalah mereka dapat mengambil beberapa ratus sel telur, meskipun tidak semuanya dapat bertahan hidup. Namun para ilmuwan berharap adanya solusi saat Najin dan Fatu masih hidup untuk mengajari bayi masa depan bagaimana menjadi badak putih utara yang sejati.

Tidak seorang pun tahu seberapa besar kemungkinan upaya IVF individu akan menghasilkan kehamilan. Butuh setidaknya tiga kali percobaan untuk pengganti betina badak putih selatan, tetapi itu pun merupakan ukuran sampel yang sangat kecil. Banyak hal lain yang mungkin salah selama kehamilan badak, yang berlangsung hingga 18 bulan.

Stejskal tetap optimis, dan menegaskan mereka akan menyelamatkan badak-badak tersebut, sementara Dr Williams setuju bahwa ini hanya masalah kapan, bukan apakah.

“Bahkan jika bayi lahir dari embrio, keragaman genetiknya masih terlalu rendah untuk menghidupkan kembali spesies tersebut,” kata CEO Save the Rhino International, Jo Shaw, kepada AFP.

Kemungkinan sudah terlambat untuk badak utara, kata dia, dan fokus harus diberikan pada subspesies Jawa dan Sumatera, yang masing-masing memiliki kurang dari 50 ekor yang masih hidup.

Sementara para peneliti badak putih utara berpendapat bahwa teknik yang mereka kembangkan akan membantu semua badak, serta spesies lainnya. “Upaya BioRescue telah berkontribusi dalam menyelamatkan badak Sumatera,” kata Stejskal.

Kembali ke kandang Ol Pejeta, pawang utama Najin dan Fatu, Zacharia Mutai, berpendapat bahwa manusialah yang memburu badak putih utara hingga hampir punah, jadi merupakan tanggung jawab manusia untuk membawa mereka kembali.

Mutai, yang berada di sana ketika Sudan meninggal, mengatakan kelahiran bayi baru akan menjadi alasan untuk perayaan kegembiraan di dunia. “Dan saya akan menjaga bayi itu,” kata dia sambil tersenyum, sementara Fatu dan Najin dengan asyiknya terus mengunyah di belakangnya. AFP/I-1

Redaktur: Ilham Sudrajat

Penulis: AFP

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.