Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

"Unen-unen" Pengujung Abad XX

A   A   A   Pengaturan Font

Dalam buku ini, Ben Anderson memotret konsep "pemuda" yang harus dibedakan dengan "anak muda." Anak muda mereka yang berusia 15-19, atau belum kawin. Singkatnya, terminologi ini sekadar sebutan demografis. Sedangkan "pemuda" adalah sebagian dari golongan demografis yang menceburkan diri dalam arena perjuangan. Walhasil, pemuda kala itu merupakan sebutan yang terhormat.

Ciri pokok melekat pada dirinya, yakni siap terjun dalam gelombang pergerakan merebut kemerdekaan dan mendobrak kontinuitas tradisi. Mereka menikmati suasana penuh romantisme, utopisme, dan petualangan. Mereka berambut gondrong guna menandai diri sebagai manusia istimewa (hlm 50-51).

Pemuda era 1944 hingga 1946 merupakan potret ideal pemuda Indonesia. Mereka bersemangat membebaskan rakyat dari eksploitasi kolonial dan hisapan feodal. Mereka, meski seluruhnya bukan dari golongan intelektual, rela menyabung nyawa demi tegaknya kemerdekaan Indonesia.

Becermin dari kondisi aktual Indonesia, unen-unen berharga dari mereka masih relevan. Buku Membangun Republik ini ibarat kado yang membungkus unen-unen untuk dihidangkan sekaligus alarm peringatan khayalak. Pilpres 2019 mendatang bukan ajang pertikaian sesama bangsa yang memendam dendam sejak kekalahan Pilpres 2014. Ikhtiar menjaga nation jauh lebih utama ketimbang saling jegal memenuhi nafsu menduduki kursi kekuasaan.

Pemuda ideal zaman now menjadi kelompok yang turut menjaga persatuan dan harmoni sosial dengan cara memerangi hoax. mereka tdak larut memperkeruh dinamika politik kebangsaan demi secentong nasi. Dengan upaya itulah, pemuda berkontribusi membangun republik.
Halaman Selanjutnya....

Komentar

Komentar
()

Top