Kamis, 13 Feb 2025, 14:42 WIB

Trump Ancam Afrika Selatan, Produsen Mobil Terguncang

Presiden Afrika Serikat Cyril Ramaphosa.

Foto: Facebook/Great Africa

JOHANNESBURG - Afrika Selatan mengekspor kendaraan senilai sekitar 1,9 miliar dollar AS setiap tahun, banyak di antaranya ke Amerika Serikat berdasarkan kesepakatan perdagangan yang kini terancam karena Presiden Donald Trump memberikan tekanan pada negara tersebut.

"Saya tidak berpikir Afrika Selatan memiliki peluang untuk memperbarui" Undang-Undang Pertumbuhan dan Peluang Afrika,” kata Neil Diamond, presiden Kamar Dagang Afrika Selatan di Amerika Serikat.

Dikenal sebagai AGOA, kesepakatan dagang tersebut menawarkan akses istimewa ke pasar AS bagi banyak negara Afrika. Dengan pengaturan tersebut berarti Washington tidak mengenakan tarif apa pun pada mobil yang diimpor dari Afrika Selatan.

Kesepakatan itu telah memperkuat industri otomotif Afrika Selatan. Kendaraan bermotor menyumbang 22 persen dari ekspor Afrika Selatan ke Amerika Serikat, senilai 1,88 miliar dollar AS, di bawah logam mulia, menurut statistik pemerintah.

Tujuh produsen mobil besar beroperasi di Afrika Selatan: BMW, Ford, Isuzu, Mercedes-Benz, Nissan, Toyota, dan Volkswagen.

"Ada setengah juta orang yang bekerja di industri ini, jadi di seluruh rantai nilai," kata Billy Tom, kepala The Automotive Business Council, yang dikenal sebagai Naamsa.

AGOA akan diperbarui pada September 2025. Jika berakhir, konsekuensinya di Afrika Selatan, penerima manfaat terbesarnya, bisa sangat buruk.

"Ini akan berdampak besar karena Amerika Serikat adalah pasar ekspor terbesar ketiga bagi kami. Dan pasar itu telah berkembang selama bertahun-tahun," kata Tom kepada AFP.

Ia memperkirakan 86.000 orang memiliki pekerjaan berkat AGOA, dengan 125.000 orang lainnya dipekerjakan pada pekerjaan terkait sebagai subkontraktor atau pemasok, yang sering kali terkait langsung dengan pabrik mobil.

"Hal ini akan berdampak buruk secara signifikan pada basis pemasok, dan dalam jangka panjang, saya rasa kita bisa menduga bahwa industri ini tidak akan bertahan di Afrika Selatan," kata Renai Moothilal, yang mengepalai Asosiasi Nasional Produsen Komponen Otomotif dan Sekutu.

Hukuman 

Afrika Selatan kini menjadi sasaran Gedung Putih, sebagian karena undang-undang pertanahan baru-baru ini.

Elon Musk yang lahir di Pretoria, Afrika Selatan, orang terkaya di dunia yang mendominasi lingkaran dalam Trump, telah mengecam "undang-undang rasis" dan memperkuat teori konspirasi dengan mengklaim -- tanpa bukti -- bahwa orang kulit putih menjadi sasaran penganiayaan.

Kebijakan luar negeri Afrika Selatan juga telah menjauhkannya dari Washington, karena negara itu bersekutu dengan Russia dan Tiongkok dan memimpin tuntutan terhadap Israel di Mahkamah Internasional.

"Presiden Trump dapat mengutip klausul dalam Undang-Undang AGOA, yang menyatakan bahwa penerima manfaat harus mempertahankan, atau aktivitas mereka harus sejalan dengan kepentingan keamanan dan kebijakan luar negeri AS," kata Richard Morrow, seorang peneliti di Brenthurst Foundation.

Mantan presiden Joe Biden, misalnya, menghapus Republik Afrika Tengah, Gabon, Niger, dan Uganda dari manfaat AGOA pada 1 Januari 2024.

Namun, Trump mungkin hanya ingin membela industri yang dekat di hatinya, kata Morrow.

"Donald Trump telah berulang kali menggunakan sektor otomotif di Amerika sebagai indikator ekonomi Amerika," katanya kepada AFP. "Secara tradisional, sektor ini merupakan sektor yang sangat bergantung pada pekerja kasar" dan menjadi pusat basis Trump.

Belum jelas apakah Trump ingin "menghukum Afrika Selatan" atau menggunakan AGOA "sebagai sarana untuk mengancam Afrika Selatan," kata Morrow. Trump juga dapat menghapuskan industri otomotif saja dari manfaat AGOA, sementara membiarkan industri lain mendapatkan manfaat.

Ironisnya, sebagian besar perusahaan yang akan terkena dampak berpusat di negara-negara seperti Jerman dan Jepang, sekutu dekat AS, kata Isaac Khambule, seorang profesor ekonomi politik di Universitas Johannesburg.

Demografi "orang-orang yang memiliki sebagian besar bisnis di Afrika Selatan" sebagian besar berpihak pada Barat, katanya kepada AFP. 

Kerusakan langsung dari retorika Trump adalah ketidakpastian, yang membuat bisnis tidak yakin bagaimana atau apakah akan berinvestasi, katanya.

Redaktur: Lili Lestari

Penulis: AFP

Tag Terkait:

Bagikan: