Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Tren Positif Masih Berlanjut

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi melanjutkan tren positif, hari ini (4/6). Pergerakan IHSG dipengaruhi sentimen eksternal dan internal.

Head of Research Mega Capital Sekuritas, Cheril Tanuwijaya melihat pelambatan ekonomi Amerika Serikat (AS) bersamaan dengan inflasi belanja pribadi atau personal consumption expenditures (PCE) meningkatkan ekspektasi pasar terhadap pemangkasa suku bunga acuan the Fed. Kemudian, kinerja industri manufaktur di Tiongkok dan Indonesia masih ekspansif.

Karenanya, Cheril memproyeksikan IHSG dalam perdagangan, Selasa (4/6), bergerak konsolidasi menguat di kisaran 7.000-7.100.

Sebelumnya, IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (3/6) sore, ditutup naik mengikuti penguatan bursa saham kawasan Asia. IHSG ditutup menguat 65,44 poin atau 0,94 persen ke posisi 7.036,18, sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 naik 16,85 poin atau 1,93 persen ke posisi 888,28.

"Dari eksternal, menguatnya bursa regional Asia ditopang oleh respons pelaku pasar terhadap rilis indeks manufaktur," sebut Tim Riset Pilarmas Investindo Sekuritas dalam kajiannya di Jakarta.

Hasil survei lembaga swasta menunjukkan aktivitas pabrik di Asia meningkat pada Mei 2024 atau berada di zona ekspansi. Indeks Manufaktur Jepang tercatat 50,4 dari sebelumnya 49,6, indeks manufaktur Korea Selatan menjadi 51.6 dari sebelumnya 49.4, indeks manufaktur Tiongkok, The Caixin Manufacturing dalam rilisnya naik menjadi 51,7 pada Mei 2024 dari sebelumnya 51,4 pada April 2024, atau melampaui perkiraan 51,5.

Semua itu tentunya memberikan sinyal harapan pemulihan ekonomi berkelanjutan di masing-masing negara, yang tidak terlepas membaiknya permintaan dari dalam dan luar negeri. Selain itu, dukungan data yang kuat menunjukkan pemulihan di sektor manufaktur yang menopang pertumbuhan Asia dan meredam dampak volatilitas pasar yang disebabkan oleh ketidakpastian prospek kebijakan moneter Amerika Serikat (AS).

Dari dalam negeri, indeks manufaktur Indonesia masih di zona ekspansi meskipun pada Mei 2024 menunjukkan adanya pertumbuhan perlambatan aktivitas manufaktur. PMI Manufaktur S&P Global Indonesia menjadi 52,1 pada Mei 2024 dari sebelumnya 52,9 pada April 2024.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi bulan Mei 2024 mencapai 2,84 persen year on year (yoy), dan secara bulanan, Indonesia pada Mei 2024 mengalami deflasi sebesar 0,03 persen month to month (mtm).


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Muchamad Ismail, Antara

Komentar

Komentar
()

Top