Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Ketahanan Pangan | Optimalisasi Alsintan Mampu Ciptakan Efektivitas di Sektor Pertanian

Modernisasi Pertanian Atasi Dampak Perubahan Iklim

Foto : ANTARA/MOHAMMAD AYUDHA

“SMART FARMING” | Petugas Dinas Pertanian dan Perikanan Sukoharjo memeriksa drone pertanian sebelum melakukan penyemprotan herbisida di area persawahan kawasan Nguter, Sukoharjo, Jawa Tengah, Kamis (23/5). Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Sukoharjo menyediakan tiga drone pertanian yang bisa dimanfaatkan secara gratis bagi petani untuk pemupukan dan pengendalian hama, sehingga menghemat waktu dan tenaga sebagai upaya mendukung program smart farming.

A   A   A   Pengaturan Font

Tak hanya memanfaatkan teknologi mutakhir, modernisasi pola tanam dan kemampuan SDM diharapkan mampu meningkatkan produktivitas di tengah ancaman masalah iklim.

JAKARTA - Modernisasi pertanian menjadi cara tepat untuk mengatasi dampak perubahan iklim global seperti El Nino, musim kemarau dan masalah iklim yang mengancam ketahanan pangan nasional. Modernisasi pertanian berbasis teknologi dimaksudkan untuk meningkatkan hasil pertanian.

"Penggunaan teknologi modern tidak hanya meningkatkan efisiensi, tetapi juga memungkinkan petani dengan lahan terbatas dapat menghasilkan produk dengan nilai ekonomi tinggi," ujar Kepala Badan Standardisasi Instrumen Pertanian (BSIP) Kementerian Pertanian (Kementan), Fadjry Djufri, dalam dialog virtual FMB9 bertajuk Ketahanan Pangan di Tangan Petani Milenial, Senin (24/6).

Baca Juga :
Jasa Ojek Gabah

Kementan berkomitmen meninggalkan pola lama yang identik dengan petani berkotor-kotor dan menggantinya melalui penggunaan teknologi. Dengan teknologi, petani masa kini tak perlu menyentuh tanah secara langsung.

Fadjry mencontohkan modernisasi pertanian diimplementasikan dalam penggunaan alat tanam modern dan mesin pemanen (combine harvester). Jika hanya menggunakan tenaga manusia harus berhari-hari, sedangkan dengan bantuan mesin pertanian hanya tuntas dua jam. Lalu, sistem hidroponik memanfaatkan lahan terbatas. Petani milenial mampu menghasilkan ratusan juta rupiah dengan memanfaatkan teknologi ini.

Kementan juga melibatkan petani milenial dan mahasiswauntuk meningkatkan produksi dan menanggulangi darurat pangan. Hal ini menunjukkan Kementan tak hanya fokus pada teknologi, melainkan juga memperhatikan aspek sumber daya manusia (SDM).
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini

Komentar

Komentar
()

Top