Prospek Industri Olahan Rumput Laut Menjanjikan
POTENSI HILIRISASI - Petambak memanen rumput laut di Desa Pabean Udik, Indramayu, Jawa Barat, Rabu (29/5). Kementerian Kelautan Perikanan (KKP) menghitung potensi nilai tambah hilirisasi rumput laut mencapai angka 11,8 miliar dolar AS atau setara 182 triliun rupiah.
Foto: ANTARA/DEDHEZ ANGGARAJAKARTA - Industri pengolahan rumput laut memiliki prospek bisnis menjanjikan karena dukungan ketersediaan bahan baku berlimpah dan peluang pengembangan berbagai produk turunan bernilai tambah tinggi. Indonesia merupakan negara penghasil budi daya rumput laut terbesar kedua di dunia, sehingga bisa menjadi tempat sesuai pengembangan rumput laut, mulai dari proses budi daya sampai dengan proses hilirisasi.
Meski demikian, ekspor berbagai produk hilir rumput laut bernilai tambah belum terlihat pertumbuhan secara signifikan. "Karenanya, Kemenperin berkomitmen untuk meningkatkan hilirisasi komoditas rumput laut melalui berbagai kebijakan," ujar Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin, Putu Juli Ardika, ketika mewakili Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita, membuka business matching Industri Pengolahan Rumput Laut dengan Industri Pengguna, di Jakarta, Selasa (25/6).
Dalam 10 tahun terakhir, ekspor rumput laut kering dari Indonesia masih mendominasi, baik untuk konsumsi maupun bahan baku industri. Ekspor produk rumput laut kering mencapai 66,61 persen, sementara rumput laut olahan (karagenan dan agar-agar) masih sebesar 33,39 persen.
- Baca Juga: Rupiah Terdepresiasi
- Baca Juga: Ekspor UMKM
Pada 2023, Indonesia memproduksi 10,7 juta ton rumput laut basah. Selama ini pemanfaatan olahan rumput laut sebagian besar digunakan untuk produk makanan dan minuman, yaitu sebesar 77 persen. Adapun untuk farmasi, kosmetik, dan lainnya, baru mencapai 23 persen. Sehingga, Kemenperin terus mendorong agar industri ini bisa lebih adaptif terhadap perubahan dan perkembangan pasar.
The Global Seaweed: New and Emerging Market Report pada 2023 mengidentifikasi pangsa pasar baru yang akan berkembang pada 2030 untuk produk-produk hilir rumput laut dengan potensi pasar sebesar 11,8 miliar dollar AS atau setara 193,40 triliun rupiah (kurs saat ini 16.390,22 rupiah /dollar AS), yang meliputi biostimulan, bioplastik, aditif pakan hewan, nutraseutikal, protein alternatif, farmasi, dan tekstil. "Untuk itu, diperlukan pengembangan dan inovasi produk untuk mendorong hilirisasi rumput laut menjadi produk-produk potensial tersebut," papar Putu.
Pengembangan hilirisasi berbasis sumber daya hayati, salah satunya rumput laut, akan semakin fokus dan berkembang seiring dengan masuknya komoditas rumput laut dalam tematik pengembangan hilirisasi industri berbasis sumber daya alam (SDA) unggulan pada RPJMN 2025-2029.
Harga Turun
Hilirisasi juga harus mempertimbangkan kepentingan produsen atau pembudidaya rumput laut. Pemerintah harus menjaga agar harga rumput laut tak jatuh di pasaran sehingga tak merugikan pembudidaya.
Sebelumnya, anggota Komisi VI DPR RI, Deddy Yevry Hanteru Sitorus, menyoroti anjloknya harga rumput laut hingga ke level 6.000 rupiah per kilogram (kg). Menurutnya, anjloknya harga tersebut efek hilirisasi rumput laut yang berujung dengan adanya wacana larangan ekspor rumput laut.
Namun, Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Budi Sulistyo, membantahnya. Dia menegaskan penurunan harga rumput laut dipengaruhi oleh pasar komoditas dunia sebagai dampak pelemahan ekonomi global, salah satunya penurunan permintaan dari Tiongkok sebagai importir terbesar. Dia mengungkapkan penurunan harga juga dialami produsen lain rumput laut, seperti Cile, Filipina, dan Peru.
- Baca Juga: Pertamina Geothermal Energy Dibidik Kuasai Pasar dunia
- Baca Juga: Berangkatkan UMKM Training ke Jepang
Terkait hilirisasi, Budi menjelaskan kebijakan KKP tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan nilai tambah daya saing rumput laut Indonesia di pasar global. Budi menjelaskan pengembangan rumput laut dengan pendekatan hilirisasi yang dimulai dari sektor hulu (budi daya).
Redaktur: Muchamad Ismail
Penulis: Antara, Erik, Fredrikus Wolgabrink Sabini
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Selama 2023-2024, ASDP Kumpulkan 1,72 Ton Sampah Plastik
- 2 Kemenperin Desak Produsen Otomotif Tiongkok di Indonesia Tingkatkan Penggunaan Komponen Lokal
- 3 Jepang Siap Dukung Upaya RI Wujudkan Swasembada Energi
- 4 Irena Sebut Transisi Energi Indonesia Tuai Perhatian Khusus
- 5 Perkuat Kolaborasi, PM Jepang Dukung Indonesia untuk Jadi Anggota Penuh OECD