Senin, 18 Nov 2024, 08:46 WIB

Tren Negatif Masih Berlanjut, Senin 18 November 2024

Foto: istimewa

JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan masih tertekan awal pekan ini.

Koreksi tersebut dipengaruhi oleh sentimen eksternal.

Equity Research Analyst Phintraco Sekuritas, Alrich Paskalis Tambolang melihat pasar tengah menantilan rilis sejumlah data ekonomi Amerika Serikat (AS) pekan ini, yakni harga rumah pada Oktober 2024 dan S&P Global Manufacturing PMI Flash November 2024.

Karenanya, Alrich memperkirakan tren pelemahan IHSG masih terus berlanjut hingga awal pekan depan.

Dia memproyeksikan IHSG dalam perdagangan, Senin (18/11), bergerak melemah ke level 7.100.

Sebelumnya, IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (15/11) sore ditutup melemah dipimpin oleh saham-saham sektor bahan baku (basic materials).

IHSG ditutup melemah 53,30 poin atau 0,74 persen ke posisi 7.161,25, sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 turun 4,00 poin atau 0,46 persen ke posisi 871,69.

“Pelaku pasar mencerna komentar Ketua The Fed Jerome Powell yang memberikan indikasi bahwa bank sentral tidak akan terburu-buru dalam memangkas suku bunga acuan mengingat kekuatan ekonomi AS yang masih cukup solid,” sebut Tim Riset Phillip Sekuritas Indonesia dalam kajiannya di Jakarta.

Pelaku pasar juga mencerna rilis data Producer Price Index (PPI) AS yang memperlihatkan inflasi di level produsen naik 0,2 persen month to month (mtm) atau 2,4 persen year on year (yoy) pada Oktober 2024, atau lebih cepat dari laju kenaikan 0,1 persen (mtm) atau 1,8 persen (yoy) pada September 2024.

Data inflasi (CPI dan PPI) Oktober 2024 AS yang dirilis pekan ini hanya menunjukkan sedikit kemajuan yang dicapai untuk menuju target inflasi sebesar 2 persen, sehingga menimbulkan pertanyaan mengenai seberapa besar Federal Reserve akan memangkas suku bunga pada tahun 2025.

Dari Asia, pelaku pasar mencerna rilis perhitungan awal data Produk Domestik Bruto (PDB) Jepang yang memperlihatkan ekonomi tumbuh 0,9 persen (yoy) pada kuartal III-2024, perlambatan yang mencolok dari pertumbuhan 2,2 persen (yoy) pada kuartal II- 2024, namun masih lebih tinggi dari konsensus pasar sebesar 0,7 persen (yoy).

Konsumsi swasta dan belanja pemerintah meningkat lebih lanjut, sementara belanja modal menurun menyusul pertumbuhan yang kuat kuartal II- 2024, bersamaan dengan itu, penurunan permintaan eksternal (ekspor) terus berlanjut, memberikan kontribusi negatif selama tiga kuartal beruntun.

Dibuka melemah, IHSG betah di teritori negatif sampai penutupan sesi pertama perdagangan saham.

Pada sesi kedua, IHSG masih betah di zona merah hingga penutupan perdagangan saham.

Berdasarkan Indeks Sektoral IDX-IC, satu sektor menguat yaitu sektor industri menguat sebesar 0,46 persen.

Redaktur: Muchamad Ismail

Penulis: Antara, Muchamad Ismail

Tag Terkait:

Bagikan: