Tren Influencer 2023: Makin Banyak Brand Tak Lagi Beri Produk Gratis
Ilustrasi.
Foto: Freepik/our-teamSemakin banyak brand mengaku akan beralih dari memberi produk gratis menjadi membayarkan sejumlah upah kepada para influencer.
Dalam laporan bertajuk The Influencer Marketing Benchmark Report 2023, Influencer Marketing Hub melaporkan sebanyak 41,6 persen brand menyatakan mereka akan membayar kemitraan dengan influencer dengan uang. Meski begitu, sedikitnya 29,5 persen brand masih akan memberi mereka produk gratis.
Selain itu, 17,7 persen brand yang disurvei cenderung memilih untuk memberikan diskon kepada influencer mereka untuk produk atau layanan mereka.
- Baca Juga: PLN Beri Kesempatan UMKM Disabilitas Berpromosi
- Baca Juga: Inilah 7 Tanda Tubuh Kekurangan Vitamin C
Sementara lebih banyak brand yang bersedia membayar influencer untuk layanan pemasaran mereka, 41,6 persen disebut Influencer Marketing Hub masih merupakan persentase yang relatif rendah.
Hal ini menandai betapa banyak perusahaan bekerja dengan micro-influencer dan nano-influencer.
Dengan hanya 1.000 hingga 100.000 pengikut, para pendatang baru ini dengan senang hati menerima pembayaran dalam bentuk barang daripada uang tunai. Namun, hal ini berangsur-angsur berubah seiring kedua kelompok influencer itu mulai memiliki pemahaman tentang nilai mereka sebagai pendukung kampanye suatu brand.
Laporan yang sama juga menunjukkan adanya perubahan besar dalam sistem pembayaran influencer, di mana 53 persen brand berniat menyusun skema pembayaran pemasaran influencer mereka dengan membayar persentase dari setiap penjualan yang dilakukan sebagai hasil dari pemasaran influencer.
Angka ini menandakan adanya perubahan dalam sistem pembayaran influencer, yang tadinya mayoritas atau sekitar 49 persen brand pada 2022 lebih memilih membayar influencer mereka dengan tarif tetap. Hanya, sekitar 42 persen yang membayar jasa influencer berdasarkan hasil penjualan.
Sulit untuk memahami alasan perubahan yang begitu signifikan. Mungkin di masa ekonomi yang sulit ini, brand membutuhkan tingkat bukti yang lebih tinggi untuk efektivitas pengeluaran pemasaran influencer mereka.
Lebih banyak brand yang terlibat dalam influencer marketing mungkin telah menjadikan peningkatan penjualan sebagai sasaran kampanye mereka, dan bukan lagi brand awareness.
Berita Trending
- 1 Garuda Indonesia turunkan harga tiket Jayapura-Jakarta
- 2 Keluarga Sido Muncul Kembangkan Lahan 51 Hektare di Semarang Timur
- 3 Kejati NTB Tangkap Mantan Pejabat Bank Syariah di Semarang
- 4 Pemerintah Diminta Optimalkan Koperasi untuk Layani Pembiayaan Usaha ke Masyarkat
- 5 Dinilai Bisa Memacu Pertumbuhan Ekonomi, Pemerintah Harus Percepat Penambahan Kapasitas Pembangkit EBT
Berita Terkini
- Status Pailit Sritex, Berikut Penjelasan BNI
- Arab Saudi: Habis Minyak Bumi, Terbitlah Lithium
- Misi Terbaru Tom Cruise: Sabotase Pasukan Jerman!
- AirNav Pastikan Kelancaran Navigasi Penerbangan Natal dan Tahun Baru 2024/2025
- Sambut Natal 2024, Bank Mandiri Bagikan 2.000 Paket Alat Sekolah hingga Kebutuhan Pokok di Seluruh Indonesia