Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2024 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Kamis, 19 Sep 2024, 12:13 WIB

Transplantasi Rambut Lagi Tren, Ketahui Dulu Risikonya

Vokalis grup Slank, Kaka, percaya diri usai menjalani transplantasi rambut.

Foto: antara

Adam Taylor, Lancaster University

Kerontokan rambut bisa memengaruhi fase tertentu dalam hidup seseorang. Meski kondisi ini umum terjadi, transplantasi rambut untuk mengatasi kebotakan merupakan bisnis menggiurkan yang menggaet banyak peminat.

Di Eropa, contohnya, minat terhadap transplantasi rambut meningkat 240% antara tahun 2010 dan 2021. Turki menjadi destinasi paling populer untuk transplantasi rambut sehingga beberapa orang memelesetkan nama Turkey Airlines, maskapai penerbangan terbesar di negara itu menjadi "Turkey Hairlines".

Kerontokan rambut merupakan kondisi yang normal. Manusia biasanya kehilangan sekitar 50-100 helai rambut setiap hari-yang kemudian akan tumbuh kembali. Namun, pertumbuhan rambut akan melambat seiring bertambahnya usia seperti bagian tubuh lainnya.

Aktivitas kelenjar sebasea yang berperan menghasilkan minyak dan membuat rambut berkilau akan berkurang sehingga rambut tampak lebih kusam. Produktivitas beberapa folikel rambut, tempat tumbuhnya rambut juga menurun, membuat rambut lebih tipis dan beberapa di antaranya mungkin berhenti sama sekali sehingga rambut kian jarang.

Meski begitu, penipisan rambut dan kebotakan masih mendapat stigma buruk sehingga makin banyak orang memilih transplantasi rambut.

Mengenal transplantasi rambut

Transplantasi rambut, tanam rambut, atau cangkok rambut merupakan prosedur bedah plastik yang tidak ditanggung oleh layanan asuransi universal seperti Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan di Indonesia atau NHS di Inggris.

Bagi sebagian orang, biaya transplantasi rambut bisa jadi lebih mahal sehingga mereka mengunjungi negara lain yang biaya prosedurnya lebih murah.

Meski banyak orang memberikan ulasan positif usai transplantasi rambut di luar negeri, terdapat beberapa laporan kasus malapraktik yang dilakukan orang-orang yang tidak kompeten. Transplantasi rambut ilegal ini bahkan dilakukan pada orang yang yang tidak cocok menjalani tanam rambut.

Padahal, prosedur transplantasi rambut hanya boleh dilakukan oleh dokter bedah kompeten yang memenuhi persyaratan (berkualifikasi). Selain itu, tidak semua orang bisa menjalani transplantasi rambut.

Tanam rambut paling cocok buat pengidap alopecia androgenetik, penyakit keturunan berupa kebotakan yang berpola dan makin parah. Mulanya istilah ini dikenal sebagai "kebotakan berpola pada pria", tetapi kondisi ini ternyata bisa dialami semua jenis kelamin. Sekitar 10% perempuan berusia di bawah 40 tahun mengalami kerontokan rambut dan jumlahnya meningkat lebih dari 50% ketika berusia 70 tahun. Sebaliknya, sekitar 30-50% laki-laki pada usia 50 tahun mengalami kerontokan rambut yang berhubungan dengan alopecia androgenetik.

Laki-laki mengalami pengikisan garis rambut area depan menyerupai "huruf m" yang dikenal sebagai pola Norwood. Adapun perempuan cenderung mengalami pelebaran belahan rambut sehingga penipisan rambutnya terjadi di sekitar ubun-ubun dan bagian depan kulit kepala-dikenal sebagai pola Ludwig.

Yang dilakukan saat transplantasi rambut

Prosedur awal untuk mengatasi kerontokan rambut biasanya lewat obat-obatan, salah satunya Finasteride. Ini adalah obat untuk mengatasi pembesaran prostat jinak dan kerontokan rambut pada laki-laki yang hasilnya baru bisa dirasakan sekitar tiga sampai enam bulan. Namun, setelah berhenti minum obat, manfaatnya akan hilang dalam kurun enam hingga 12 bulan.

Minoxidil, obat lain untuk mengatasi alopecia androgenetik, terbukti bermanfaat untuk mengatasi kerontokan rambut.

Selain itu, ada terapi sinar laser untuk menumbuhkan rambut dengan tutup kepala khusus serupa bando, yang memberikan hasil beragam.

Jika prosedur awal tidak berhasil, pasien boleh memilih transplantasi rambut. Dua teknik cangkok rambut yang umum digunakan, yaitu eksisi unit folikel (FUE) dan transplantasi unit folikel (FUT) atau dikenal juga sebagai pembedahan unit folikel (FUSS).

Secara garis besar, kedua teknik transplantasi rambut ini sama-sama memindahkan area kulit kepala yang banyak rambutnya-biasanya berada di bagian belakang kepala-ke area kulit kepala yang mengalami kebotakan. Meski begitu, FUE dan FUT memiliki sejumlah perbedaaan, di antaranya:

1. Eksisi unit folikel (FUE)

FUE merupakan prosedur transplantasi rambut yang umum karena memiliki waktu penyembuhan luka lebih singkat, berisiko lebih kecil menimbulkan jaringan kulit yang muncul saat penyembuhan luka (jaringan parut), dan berpotensi meningkatkan jumlah cangkok rambut yang bisa tumbuh.

FUE sering dipasarkan sebagai prosedur transplantasi rambut yang "tidak menggunakan pisau" dan "tanpa bekas luka", tetapi hal ini tidak benar. Folikel yang tumbuh dan ditanamkan pakai pisau tajam dilaporkan menyebabkan jaringan parut, termasuk bekas luka berupa bercak kulit lebih gelap (hiperpigmentasi) , bercak kulit lebih terang (hipopigmentasi), dan bekas luka yang menonjol (keloid).

2. Transplantasi unit folikel (FUT)

Saat melakukan FUT, dokter bedah akan mengangkat selembar kulit dari bagian belakang kulit kepala dengan lebar 1-1,5 cm. Dari bagian ini, rambut dan struktur pendukungnya diambil dan dimasukkan ke bagian kepala yang mengalami kebotakan.

Luka pada area kulit yang diangkat kemudian dijahit kembali. Biasanya dokter bedah akan berhati-hati melakukannya agar tidak ada bekas luka yang terlihat.

Seberapa efektif tumbuhkan rambut?

Keberhasilan jangka panjang transplantasi rambut bervariasi. Studi menunjukkan bahwa setahun setelah operasi, 90% pasien mengalami pertumbuhan rambut yang baik-tetapi angka ini turun menjadi 9% setelah empat tahun berselang.

Banyak faktor yang memengaruhi hasil transplantasi rambut, termasuk usia, kebiasaan merokok, kerusakan kulit kepala akibat sinar matahari, hingga diabetes. Karena itu, penting untuk mematuhi panduan pemulihan setelah operasi dari dokter. Meskipun beberapa klinik mempromosikan transplantasi rambut "tanpa rasa sakit", nyatanya proses pemulihannya berisiko menimbulkan ketidaknyamanan dan sering kali merepotkan.

Kendati ada pemberian obat bius untuk hilangkan rasa sakit (anestesi) selama transplantasi rambut, tetapi kulit kepala dapat bengkak dan nyeri setelahnya sehingga menyebabkan waktu pemulihan yang lama. Pasien disarankan untuk tidak bekerja selama dua minggu dan menghindari aktivitas berat selama cangkok rambut masih rapuh dan belum aman. Diperlukan waktu sekitar sepuluh hingga 18 bulan untuk bisa melihat hasil transplantasi secara utuh.

Transplantasi rambut mungkin merupakan pilihan yang populer bagi orang-orang yang mengkhawatirkan kerontokan rambut, tetapi melakukannya merupakan sebuah keputusan besar dan tidak boleh dianggap enteng. Jika kamu berminat menjalani tanam rambut, lakukan riset terlebih dahulu agar kamu mendapatkan dokter bedah yang benar-benar memiliki kualifikasi tinggi. Pastikan pula patuhi panduan pemulihan dari dokter agar memperoleh hasil terbaik.The Conversation

Adam Taylor, Professor and Director of the Clinical Anatomy Learning Centre, Lancaster University

Artikel ini terbit pertama kali di The Conversation. Baca artikel sumber.

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.