
Transformasi Hijau Tiongkok Jadi Contoh Bagi Dunia
Wakil Sekjen PBB untuk Lingkungan, Erik Solheim
Foto: AFP/Fabrice COFFRINIOslo - Langkah cepat Tiongkok dalam pengembangan ekologi dan teknologi ramah lingkungan telah menjadi contoh bagi dunia dalam kemajuan yang berkelanjutan, menurut seorang mantan pejabat senior Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
"Ada begitu banyak pencapaian. Kota-kota besar di Tiongkok, seperti Beijing, telah mengurangi polusi secara signifikan. Kualitas udaranya kini bersih dan segar. Danau-danau besar seperti Danau Dianchi di Kunming dan Danau Barat di Hangzhou juga telah dibersihkan, dan sistem perairannya sangat luar biasa," kata mantan Under-Secretary-General PBB Erik Solheim.
Seperti dikutip dari Antara, Solheim, yang juga mantan direktur eksekutif Program Lingkungan PBB (UNEP), mengatakan bahwa prinsip utama dari upaya-upaya ramah lingkungan Tiongkok, "perairan jernih dan pegunungan yang subur merupakan aset yang tak ternilai", memiliki dampak yang sangat besar. Baginya, inti dari konsep ini adalah mengintegrasikan ekonomi dan ekologi.
"Perlindungan lingkungan tidak akan pernah berhasil jika dianggap bertentangan dengan pembangunan ekonomi. Hal ini hanya dapat berkembang jika diintegrasikan dengan ekonomi. Pemerintah Tiongkok mencapai hal ini dengan membuat negara menjadi makmur sambil menjaga kelestarian lingkungan, serta mengeluarkan masyarakat dari kemiskinan melalui cara-cara yang berkelanjutan," ujarnya.
Dia mengatakan pelajaran terpenting dari transformasi hijau Tiongkok adalah keberhasilannya dalam memadukan lingkungan dan pembangunan.
"Jika Anda beralih dari batu bara ke tenaga surya, Anda akan menghemat uang. Tiongkok telah menunjukkan bahwa transisi ini tidak hanya baik untuk planet, tetapi juga membawa manfaat bagi kehidupan manusia."
Tiongkok telah berbagi pengalamannya dalam tata kelola lingkungan dan pembangunan hijau dengan negara-negara lain, terutama melalui Inisiatif Sabuk dan Jalur Sutra (Belt and Road Initiative/BRI) dan kerja sama Selatan-Selatan. Solheim memandang hal ini sebagai langkah positif, menambahkan bahwa peran penting Tiongkok dalam manufaktur hijau global membuka banyak peluang untuk kerja sama dunia.
Dia menjelaskan bahwa Tiongkok dan Norwegia sedang memimpin transisi global ke kendaraan listrik (electric vehicle/EV), diikuti oleh negara-negara lain yang segera mengikuti jejak mereka.
"Norwegia memiliki proporsi EV tertinggi, sementara Tiongkok memiliki jumlah absolut terbesar. Namun, yang membuat saya takjub baru-baru ini adalah Nepal, di mana 85 persen mobil barunya kini adalah mobil listrik," paparnya.
"Hal ini membuktikan bahwa salah satu negara termiskin di Asia pun sedang bergerak cepat menuju masa depan yang menggunakan listrik," tuturnya.
Lapisan Es
Sementara itu, tim peneliti Tiongkok dari Akademi Ilmu Pengetahuan China berhasil melakukan eksperimen deteksi lapisan es di Antarktika dengan menggunakan radiometer gelombang mikro hiperspektral pita ultra lebar (ultra-wideband hyperspectral microwave radiometer) yang dikembangkan secara mandiri oleh Tiongkok, menurut keterangan tim ekspedisi Antarktika ke-41 negara itu.
Tim tersebut melakukan eksperimen gabungan udara-darat menggunakan helikopter dan kendaraan salju untuk mendeteksi penginderaan jarak jauh terhadap distribusi suhu di bawah lapisan es Antarktika.
Zhu Di, seorang peneliti di Pusat Sains Antariksa Nasional yang berada di bawah naungan Akademi Ilmu Pengetahuan China (Chinese Academy of Sciences/CAS), menjelaskan bahwa pencairan lapisan es Antarktika biasanya dimulai dari lapisan dasar. Namun, metode tradisional untuk mendeteksi suhu subglasial tergolong mahal dan sulit dilakukan.
Peralatan radiometer inovatif ini dapat mendeteksi energi radiasi gelombang mikro lemah yang berasal dari dalam lapisan es Antarktika sehingga memungkinkan ia untuk memetakan distribusi suhu dari permukaan es hingga dasar pada kedalaman hingga 4.000 meter, Zhu memaparkan.
Teknologi itu siap memberikan dukungan data penting untuk penelitian tentang pencairan lapisan es kutub, evolusi danau subglasial, sistem pergerakan air, serta perubahan permukaan air laut, Zhu menambahkan.
Berita Trending
- 1 Ekonomi Biru Kian Cerah! KKP dan Kemnaker Maksimalkan Peluang Lapangan Kerja
- 2 Menpar Sebut BINA Lebaran 2025 Perkuat Wisata Belanja Indonesia
- 3 Bukan Arab Saudi, Negara Penghasil Kurma Terbesar Dunia Berasal dari Afrika
- 4 THR Untuk Ojol Harus Diapresiasi dan Diawasi
- 5 Negara Paling Aktif dalam Penggunaan Energi Terbarukan