Traktat Kadesh, Perjanjian Damai Pertama di Dunia
Foto: Khaled DESOUKI / AFPSebelum berkuasanya Ramses II, Mesir terus berperang dengan Het untuk mempertahankan Kota Kadesh yang strategis. Bosan berperang, keduanya menandatangani Traktat Kadesh pada 1258 SM, sebuah perjanjian damai yang dikenal pertama di dunia.
Hampir tidak ada situs kuno di Mesir yang tidak menyebutkan nama Ramses II (1279-1213 SM) dan kisah kemenangannya di pertempuran Kadesh pada 1274 SM. Namun, prestasi terbesarnya bukan pada saat berperang, namun ketika melakukan perjanjian damai yang dikenal dengan Traktat Kadesh.
Perdamaian yang dilakukan tercatat sebagai penandatanganan perjanjian damai pertama dalam sejarah dunia. Karena perjanjian damai dengan orang Het, dalam pemerintahannya selama 67 tahun, Ramses II membawa Mesir menjadi saksi kemakmuran sehingga banyak kuil dan monumen yang dibangunnya untuk menghormati penaklukan dan pencapaiannya.
Meskipun memang ada perjanjian sebelumnya, yang dikenal sebagai Perjanjian Mesilim, antara Kota Mesopotamia Umma dan Lagash tertanggal 2550 SM, namun konsensus ilmiah menolak ini sebagai perjanjian damai yang sebenarnya dan para sejarawan mendefinisikan perjanjian itu sebagai traktat pembatasan yang artinya hanya perjanjian yang menetapkan perbatasan wilayah saja.
Perjanjian Mesilim sebenarnya adalah perjanjian tertulis antara Dewa Umma dan Lagash, dan bukan antara penguasa kota atau perwakilan penguasa tersebut. Oleh karenanya hal itu tidak dapat dianggap sebagai perjanjian damai yang sebenarnya. Oleh karenanya Traktat Kadesh tahun 1258 SM disebut sebagai traktat perdamaian pertama di dunia.
Traktat Kadesh dilakukan karena Mesir selalu mendapat ancaman dari Kerajaan Het. Pada tahun kelima masa pemerintahannya, firaun muda Ramses II bergerak dari Kota Per-Ramses (Rumah Ramses) menuju Suriah untuk mengamankan Kota Kadesh, sebuah kota yang dikenal sebagai perhentian berharga rute perdagangan Mesir saat itu.
Pada saat itu, Raja Het, Muwatalli II (1295-1272 SM), selalu melakukan serangan rutin ke wilayah Mesir selama beberapa waktu. Setelah Ramses II dapat membentengi Kadesh, serangan itu tetap menjadi ancaman yang lebih besar daripada sekedar gangguan di mata Ramses II.
Orang Het di Anatolia atau di Turki saat ini, telah tumbuh berkuasa sejak milenium ke-2 SM hingga sekitar 1530 SM. Wilayah ini menggantikan Babilonia sebagai kerajaan dan mulai menguji kekuatan negara tetangga mereka, Mesir. Sebelumnya usaha upaya menaklukkan Het dilakukan Firaun Akhenaten (1353-1336 SM) dari dinasti ke-18. Sayangnya ia gagal dalam menaklukkan orang-orang Het di sepanjang perbatasan.
Jenderal Akhenaten Horemheb (yang akan memerintah sebagai firaun pada 1320-1292 SM) tidak berhasil berkampanye melawan orang Het. Pada saat pemerintahan Tutankhamun (penerus Akhenaten pada 1336 SM), mereka telah tumbuh lebih kuat dan orang-orang itu bahkan cukup berani untuk membentengi daerah di dekat perbatasan Mesir.
Ketika Horemheb menjadi firaun pada 1320 SM, dia memulai kebijakan yang lebih agresif melawan orang Het dan mengamankan perbatasan Mesir. Namun upaya itu tetapi tidak pernah menyelesaikan serangan orang Het secara meyakinkan.
Ketika Seti I (1290-1279 SM) berhasil mengamankan Palestina dan Kadesh untuk Mesir, ia merasa puas dengan kemenangan tersebut. Kemenangan itu tidak membuat ia ingin menguasai kota tersebut. Namun baru ketika Ramses II dari dinasti ke-19 berkuasa, Mesir harus menghadapi masalah invasi orang Het.
Pada 1274 SM, mengumpulkan pasukannya di Per-Ramses untuk mengusir orang Het dari Kadesh dan mematahkan kekuatan pasukan mereka. Ketika mengendarai keretanya di depan empat divisi (20.000 orang) Ramses II, ia sangat yakin akan kemenangan.
Divisi pertama yang penuh semangat maju dengan tergesa-gesa sehingga jaraknya menjauh dari tiga divisi lainnya. Ketika mendekati Kadesh, mereka menemukan Badui lalu ditawan dan diinterogasi tentang keberadaan pemimpin Het, Muwatalli II, dan pasukannya.
Mereka menjawab bahwa tentara tidak berada di dekat Kadesh dan bahwa Muwatalli II takut akan kekuatan Mesir dan firaun muda. Kedua Badui sebenarnya adalah mata-mata, yang ditanam oleh orang Het. Pada saat itu, Muwatalli II telah membentengi Kadesh dan keretanya (3.500 di antaranya) serta infanteri (37.000 orang) sedang menunggu di atas bukit berikutnya.
Puisi Pentaur
Menurut beberapa laporan pertempuran, Ramses II menangkap beberapa mata-mata lain yang mengungkapkan kebenaran yang tidak menyenangkan dari situasinya. Namun intelijen datang terlambat. Dalam semangatnya untuk merebut Kadesh dan menaklukkan raja Het, Ramses II memisahkan diri dari sisa pasukannya.
Dia buru-buru mengirim utusan ke tiga divisi lainnya tepat sebelum kereta Het menyerang kampnya. Ramses II menjelaskan situasinya dalam Poem of Pentaur atau Puisi Pentaur yang isinya memberi catatan Mesir tentang pertempuran tersebut.
"Tidak satu pun pangeranku, pemimpinku dan orang-orang hebatku, bersamaku, bukan kapten, bukan ksatria. Karena prajurit dan kereta saya telah meninggalkan saya pada nasib saya. Tidak ada seorang pun di sana untuk mengambil bagian dalam pertempuran…," demikian bunyi dari puisi itu.
"Di sini saya berdiri. Sendirian. Tidak ada seorang pun di sisiku. Prajurit dan keretaku ditakuti. Telah meninggalkanku, tidak ada yang mendengar suaraku, ketika aku, raja mereka, meminta bantuan, berteriak kepada para pengecut. Tapi saya menemukan bahwa rahmat Amun jauh lebih baik bagi saya daripada satu juta pejuang dan sepuluh ribu kereta," lanjut puisi itu.
Sementara itu divisi Ptah tiba tepat waktu untuk mencegah kekalahan total tentara Mesir dan Ramses II secara pribadi memimpin sisa-sisa divisi Amun berulang kali ke dalam pertempuran. Mereka mendorong pasukan Het kembali ke Sungai Orontes di mana banyak dari tentaranya yang tenggelam.
Pada titik ini Muwatalli II hanya perlu berbaris dari tembok Kadesh untuk menjebak pasukan Ramses II di antara pasukannya di tepi sungai dan gerak majunya. Tetapi untuk alasan yang tidak diketahui, dia memutuskan untuk tetap tinggal di kota dan tidak pernah mengerahkan pasukan cadangannya untuk berperang. hay/I-1
Berita Trending
- 1 Desa Wisata Jatijajar Depok
- 2 Tunjangan Dosen Terkendala, Ini Penjelasan Mendiktisaintek
- 3 Ayo Dukung Penguatan EBT, Irena Jadikan Asean sebagai Prioritas Percepatan Transisi Energi
- 4 Cegah Penularan, Pemprov Jatim Salurkan 7.000 Dosis Vaksin PMK ke Pacitan
- 5 Guterres: Umat Manusia telah Membuka “Kotak Pandora” yang Penuh Masalah
Berita Terkini
- Dukung Ekonomi Keatif, Garuda Indonesia Luncurkan Pesawat Bergambar Tahilalats
- Netflix Ungkap Tanggal Rilis ‘The Chronicles of Narnia’ Garapan Greta Gerwig
- Perkuat Komitmen Sosial, ASDP Bantuan Lansia di Kwitang
- Jelang Tahun Baru Imlek, Warga Mulai Berburu Pernak Pernik
- Rayakan Imlek 2025 dan Peringatan 75 Tahun Hubungan Indonesia-Tiongkok, Hotel Borobudur Jakarta Gelar ‘Discover Indonesian Chinese Heritage