
Soal Pengembangan Benih Berkualitas, RI Perlu Belajar dari Vietnam
Pengamat Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UPN Veteran, Jakarta, Freesca Syafitri menegaskan, penggunaan benih unggul berkontribusi besar terhadap peningkatan hasil panen terutama melalui varietas yang memiliki ketahanan terhadap hama dan penyakit
Foto: istimewaJAKARTA-Pengamat Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UPN Veteran, Jakarta, Freesca Syafitri sepakat bahwa Indonesia harus meningkatkan kualitas benih agar bisa mendorong swasembada pangan. Dirinya menyarankan agar pemerintah belajar dari negara Asean lainnya Vietnam.
Vietnam merupakan salah satu negara yang berhasil mencapai swasembada pangan dengan mengembangkan benih berkualitas sebagai bagian dari strategi pertaniannya. Reformasi pertanian melalui kebijakan Doi Moi sejak tahun 1986 memungkinkan Vietnam untuk mengadopsi teknologi benih unggul yang lebih produktif serta meningkatkan infrastruktur pertanian dan akses pasar.
"Hasilnya, Vietnam mampu meningkatkan produksi beras secara signifikan, menjadikannya salah satu eksportir beras terbesar di dunia, dengan ketahanan pangan yang lebih stabil di tingkat domestik,"ucap Freesca Syafitri pada Koran Jakarta, Kamis (20/2).
- Baca Juga: Cek Timbangan Pedagang
- Baca Juga: Perkuat GNPIP Jawa, BI Tingkatkan Kemandirian Pangan Nasional
Dia menjelaskan bahwa penggunaan benih unggul berkontribusi secara signifikan terhadap peningkatan hasil panen terutama melalui varietas yang memiliki ketahanan terhadap hama dan penyakit, sehingga dapat mengurangi risiko kehilangan hasil.
Selain itu, adaptasi benih terhadap perubahan iklim menjadi faktor penting dalam menjaga stabilitas produksi di tengah tantangan lingkungan global yang semakin kompleks. Namun, benih berkualitas bukanlah satu-satunya determinan keberhasilan swasembada pangan.
Dalam perspekif ekonomi pertanian ujarnya, keberhasilan sistem produksi pertanian tidak hanya bergantung pada kualitas benih, tetapi juga pada interaksi multifaktor. Infrastruktur yang memadai, seperti sistem irigasi yang efisien dan jaringan transportasi yang terintegrasi, memainkan peran fundamental dalam memastikan ketersediaan air serta kelancaran distribusi hasil pertanian.
Adopsi teknologi modern, termasuk mekanisasi dan sistem pertanian presisi, berkontribusi pada peningkatan efisiensi penggunaan sumber daya dan pengurangan biaya produksi. Selain itu, kebijakan pemerintah yang mendukung, seperti penetapan harga dasar yang stabil dan subsidi pupuk yang tepat sasaran, dapat menciptakan insentif bagi petani untuk meningkatkan produksi.
Pengembangan sumber daya manusia (SDM) melalui program penyuluhan dan pelatihan juga menjadi elemen esensial dalam meningkatkan kapasitas petani dalam mengelola usaha pertanian secara efektif. Begitu juga dengan akses pasar yang terbuka dan adil memungkinkan petani menjual hasil panennya dengan harga yang kompetitif, sehingga meningkatkan kesejahteraan mereka serta keberlanjutan sektor pertanian.
Akses Benih
Freesca juga menegaskan penting untuk mendorong aksesibilitas benih berkualitas. Benih hibrida, misalnya, dapat menawarkan potensi hasil yang lebih tinggi, tetapi sering kali memerlukan biaya investasi yang lebih besar. Sistem distribusi benih yang tidak efisien atau tidak merata dapat menghambat akses petani kecil terhadap input pertanian yang berkualitas, yang pada gilirannya memperlebar kesenjangan produktivitas di sektor pertanian. Di sisi lain, strategi ekstensifikasi (perluasan lahan) dan intensifikasi (peningkatan produktivitas lahan) memiliki konsekuensi ekonomi dan lingkungan yang berbeda, sehingga memerlukan pertimbangan kebijakan yang cermat.
Oleh karena itu, pendekatan yang komprehensif dan terintegrasi dalam sistem ekonomi pertanian menjadi kunci dalam mewujudkan swasembada pangan yang berkelanjutan. "Sektor
pertanian tidak hanya berkontribusi terhadap stabilitas pangan nasional, tetapi juga berperan dalam peningkatan lapangan kerja, pendapatan daerah, serta memperkuat hubungan dengan sektor industri melalui peningkatan permintaan terhadap produk-produk industri pendukung pertanian,"ungkapnya.
Freesca menegaskan bahwa untuk mencapai ketahanan pangan yang berkelanjutan, kebijakan pembangunan pertanian harus mengedepankan peningkatan produktivitas, efisiensi, dan praktik yang ramah lingkungan.
Diketahui, Pakar pertanian Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto Prof. Totok Agung Dwi Haryanto mengatakan ketersediaan benih berkualitas merupakan kunci awal dari pencapaian swasembada pangan. "Sebenarnya pencapaian swasembada melalui ekstensifikasi atau perluasan area tanaman pangan seperti padi, jagung, dan sebagainya, kunci awalnya ada pada benih," katanya di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Kamis.
Menurut dia, hal itu perlu lebih diperhatikan terutama mengenai bagaimana menyediakan benih yang memadai untuk perluasan area tanam.
Redaktur: Muchamad Ismail
Penulis: Erik, Fredrikus Wolgabrink Sabini
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Cegah Tawuran dan Perang Sarung, Satpol PP Surabaya Gencarkan Patroli di Bulan Ramadan
- 2 AWS Dorong Inovasi Melalui Pendidikan Berbasis STEAM
- 3 Persija Jakarta Kini Fokus Laga Lawan PSM Makassar
- 4 Penemuan Fosil Purba di Tiongkok Mengubah Sejarah Evolusi Burung
- 5 Harimau Memangsa Hewan Ternak Warga Mukomuko Bengkulu
Berita Terkini
-
Kelahiran Orang Utan di Bandung Zoo
-
Songsong IKN, Kaltim dan Perguruan Tinggi Matangkan Program Kuliah Gratis
-
Mendiktisaintek Minta Para Rektor Tidak Menaikkan Uang Kuliah Tunggal
-
Mensos Pastikan Efisiensi Anggaran Tak Kurangi Alokasi Bansos dan Honor Tenaga Pendamping
-
Tiongkok Tuding Pesawat Filipina Terbang secara Ilegal di LTS